Beberapa
defenisi komunikasi massa.
- Komunikasi massa adalah proses
di mana informasi diciptakan dan disebarkan oleh organisasi untuk
dikonsumsi oleh khalayak (Ruben, 1992)
- Komunikasi massa adalah
pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang.
(Bittner, 1980)
- Komunikasi massa adalah suatu
proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk
menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan
makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan
berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. (DeFleur dan Denis, 1985)
Dari ketiga defenisi di atas dapat
disarikan beberapa unsur yang terlibat dalam komunikasi massa:
1.
sumber
2.
khalayak
3.
pesan
4.
proses
5.
konteks
6.
media
Karakter Komunikasi massa:
1. Ditujukan
pada khalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar dan tidak mengenal batas
geografis-kultural.
2. bersifat umum, bukan perorangan atau
pribadi. Kegiatan penciptaan pesan melilbatkan orang banyak dan terorganisasi.
3. pola penyampaian bersifat cepat
dan tidak terkendala oleh waktu dalam menjangkau khalayak yang luas.
4. penyampaian pesan cenderung
satu arah.
5. kegiatan
komunikasi terencana, terjadwal dan terorganisasi.
6. penyampaian
pesan bersifat berkala, tidak bersifat temporer.
7. isi
pesan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya,
politik dll)
Memahami komunikasi massa tidak akan
terlepas dari media massa, karena objek kajian terbesar adalah pada peran dan
pengaruh yang dimainkan media massa. Di bawah ini akan diuraikan
faktor-faktor yang mendasar dari media massa:
1.
media massa merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan
lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait.
Media juga merupakan industri sendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma
yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial
lainnya. Di lain pihak, institusi media di atur oleh masyarakat.
2.
media massa merupakan sumber kekuatan- alat kontrol, manajemen, inovasi dalam
masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai penganti kekuatan atau sumber
daya lainnya.
3.
media merupakan forum atau agen yang semakin berperan untuk menampilkan
peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun
internasional.
4.
media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja
dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol tetapi juga dalam
pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.
5.
media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh
gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok
secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang
dibaurkan dengan berita dan hiburan.
Teori-teori Dasar Komunikasi Massa
Marshall McLuhan mengatakan bahwa
kita sebenarnya hidup dalam suatu ‘desa global’. Pernyataan McLuhan ini
mengacu pada perkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan
jutaan orang di seluruh dunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap
sudut dunia. Kehadiran media secara serempak di berbagai tempat telah
menghadirkan tantangan baru bagi para ilmuwa dari berbagai disiplin ilmu.
Pentingnya komunikasi massa dalam kehidupan manusia modern dewasa ini, terutama
kemampuannya untuk menciptakan public, menentukan issue, memberikan kesamaan
kerangka berpikir, dan menyusun perhatian public, pada gilirannya telah
mengundang berbagai sumbangan teoritis terhadap kajian tentang komunikasi
massa.
Konsep komunikasi massa itu sendiri
pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media
memproduksi dan menyebarkan pesan kepada public secara luas dan pada sisi lain
merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh
audience. Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media.
Media merupakan organisasi yang menebarkan informasi yang berupa produk budaya
atau pesan yang mempengaruhinya dan mencerminkan budaya dalam masyarakat.
Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media merupakan suatu
sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih
luas.
Analisis media mengenai adanya dua
dimensi komunikasi massa, yaitu:
1.
Dimensi makro, yaitu dimensi yang memandang dari sisi media kepada masyarakat
luas beserta institusi-institusinya. Pandangan ini menggambarkan
keterkaitan antara media dengan berbagai institusi lain seperti politik,
ekonomi, pendidikan, agama, dan sebagainya. Teori-teori yang menjelaskan
keterkaitan tersebut, mengkaji posisi atau kedudukan media dalam
masyarakat dan terjadinya saling mempengaruhi antara berbagai struktur
kemasyarakatan dengan media.
2.
Dimensi mikro, yaitu melihat kepada hubungan antara media dengan audience, baik
secara kelompok maupun individual. Teori-teri mengenai hubungan antara
media audience, terutama menekan pada efek-efek individu dan kelompok sebagai
hasil interaksi dengan media.
Teori-teori awal mengenai komunikasi
massa lahir melalui berbagai penelitian yang didorong oleh perhaian terhadap
pengaruh politik terhadpap media suratkabar. Penelitian sejenis yang banyak
dilakukan pada awal abad ini, dan kemudian juga penelitian mengenai dampak
social dan moral dari radio dan film, terus berkembang hingga akhir PD II.
Penelitian tersebut umumnya berangkat dari tujuan untuk menguji efisiensi dan
efektivitas dalam bidang propaganda, telekomunikasi, advertensi, public
relations, dan human relations. Diawali dengan aspek-aspek praktis,
penelitian komunikasi massa selanjutnya didukung oleh pendekatan sosiologis dan
psikologis yang sedang berkembangg pada saat itu, di samping kemajuan-kemajuan
yang sedang terjadi dalam bidang metodologi. Khususnya dalam hal
penggunaan metode eskperimen, survey dan statistic.
Pembahasan berikut akan menguraikan
sejumlah teori dasar yang cukup berpengaruh dan telah memberi inspirasi bagi
perkembangan teori dan penelitian komunikasi massa berikutnya. Antara
lain adalah:
Formula Lasswell
Seorang ahli ilmu politik Amerika
Serikat pada tahun 1948 mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam
teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan yang merupakan cara
sederhana untuk memahami proses komunikasi massa adalah dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut:
- Siapa (Who)
- Berkata apa (Says what)
- Melalui saluran apa (in which
Channel)
- Kepada siapa (to Whom)
- Dengan efek apa (with what
Effect)
Ungkapan dalam bentuk pertanyaan
yang dikenal sebagai Formula Lasswell ini, meskipun sangat sederhana atau
terlalu menyederhanakan suatu fenomena komunikasi massa, telah membantu
mengorganisasikan dan memberikan struktur pada kajian terhadap komunikasi
massa. Selain dapat menggambarkan komponen-komponen dalam proses
komunikasi massa, Lasswell sendiri menggunakan formula ini untuk membedakan berbagai
jenis penelitian komunikasi. Hal ini dapat disimak pada visualisasi
berikut:
Siapa
Berkata
Melalui
Kepada
Dengan
Apa
Saluran Apa
Siapa
Efek Apa
—————-
———–
—————
———– ————
Komunikator
Pesan
Media
Penerima Efek
—————-
————
————— ———–
————
Control
Analisis
Analisis
Analisis Analisis
Studies
pesan
media
audience efek
Pendekatan Transmisional
Teori-teori yang termasuk dalam
pendekatan transmisional pada dasarnya menjelaskan sutau proses komunikasi
dengan melihat komponen-komponen yang terkandung didalamnya dan rangkaian
aktivitas yang terjadi antara satu komponen dengan komponen lainnya (terutama
mengalirnya pesan/informasi). Teori tentang transmisi pesan ini pertama
kali dikemukakan oleh seorang ahli matematika, Claude Shannon pada akhir tahun
1940-an. Shannon yang bekerja pada biro penelitian perusahaan telepon
Bell, menerapkan pemikirannya terutama untuk penelitian kepentingan
telekomunikasi. Dia berangkat dari sejumlah pertanyaan yang menyangkut
jenis saluran komunikasi apa yang dapat mengangkut muatan sinyal secara
maksimum? Berapa banyak muatan sinyal yang ditransmsikan akan rusak oleh
gangguan yang mungkin muncul dalam perjalanannya menuju penerima sinyal?
Pertanyaan ini pada dasarnya
menyangkut bidang teori informasi. Meskipun demikian, teori yang
dikembangan Shannon bersama rekan kerjanya Warren Weaver, dalam suatu
bentuk model, telah digunakan sebagai analogi oleh berbagai ilmuwan
sosial. Walau prinsip teknologis pasti berbeda dari proses komunikasi
manusia, namun teori Shannon-Weaver telah menadi ide dasar bagi banyak teori
komunikasi (massa) di kemudian hari.
Komunikasi oleh mereka digambarkan
sebagai suatu proses yang linier dan searah. Yaitu proses di mana pesan
diibaratkan mengalir dari sumber dengan melalui beberapa komponen menuju kepada
tujuan (komunikan). Terdapat lima fungsi yang beroperasi dalam proses
komunikasi di samping satu faktor disfungsional yaitu noise atau
gangguan.
Pada dasarnya prinsip proses ini
adalah seperti bekerjanya proses penyiaran radio. Pada bagian pertama
dari proses adalah sumber informasi yang menciptakan pesan atau rangkaian pesan
untuk dikomunikasikan. Pada tahap berikutnya adalah pesan diubah ke dalam
bentuk sinyal oleh trasmiter sehingga dapat diteruskan melalui saluran pada
penerima. Penerima lalu menyusun kembali sinyal menjadi pesan sehingga
dapat mencapai tujuan. Sementara itu sinyal dalam perjalanannya memiliki
potensi untuk terganggu oleh berbagai sumber gangguan yang muncul.
Misalnya, ketika terdapat terlalu banyak sinyal dalam saluran yang sama dan
pada saat yang bersamaan pula. Hal ini akan mengakibatkan adanya
perbedaan antara sinyal yang ditrasmisikan dan sinyal yang diterima.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa pesan yang dibuat oleh sumber dan
kemudian disusun kembali oleh penerima hingga mencapai tujuan, tidak selalu
memiliki makna yang sama.
Ketidakmampuan komunikator untuk
menyadari bahwa suatu pesan yang dikirimkan tidak selalu diterima dengan
pengertian yang sama, adalah merupakan penyebab bagi kegagalan komunikasi.
Dari model yang dikemukakan Shannon
& Weaver ini, MelvinDeFleur (1966) dalam bukunya Theories of Mass
Communication, mengembangkan dan mengaplikasikannya ke dalam teori komunikasi
massa. Dalam kaitannya dengan makna dari pesan yang diciptakan dan
diterima, dia mengemukakan bahwa dalam proses komunikasi ‘makna’ diubah menjadi
pesan yang lalu diubah lagi oleh transmiter menjadi informasi, dan kemudian
disampaikan melalui suatu saluran (misalnya media massa). Informasi
diterima sebagai pesan, lalu diubah menjadi ‘makna’ tersebut, maka hasilnya adalah
komuniaksi. Namun, seperti dikemukakan sendiri DeFleur, jarang sekali
korespondensi yang sempurna. Artinya, dengan toleransi tertentu,
komunikasi masih dapat terjadi meskipun terdapat juga ’sejumlah’ perbedaan
makna.
DeFleur menambahkan beberapa
komponen dalam bagan Shannon Weaver untuk menggambarkan bagaimana
sumber/komunikator mendapatkan umpan balik atau feedack, yang memberikan
kemungkinan kepada komunikator untuk dapat lebih efektif mengadaptasikan
komunikasinya. Dengan demikian, kemungkinan untuk mencapai
korespondensi/kesamaan makna akan meningkat.
Pendekatan Psikologi-Sosial
Dengan mendasarkan pada prinsip
keseimbangan kognitif yang dikemukakan oleh psikolog Heider (1946), dan
penerapannya oleh Newcomb (1953) pada keseimbangan antara dua individu
dalamproses komunikasi ketika menganggapi suatu topik tertentu, McLeod
dan Chaffee (1973) mengemukakan teorinya yang disebut Ko-orientasi.
Fokus dari teori ini adalah komunikasi antarkelompok dalam masyarakat yang
berlangsung secara interaktif dan dua arah. Pendekatan ini memandang
sumber informasi, komunikator, dan penerima dalam suatu situasi komunikasi yang
dinamis.
Teori ini menjelaskan bahwa
informasi mengenai suatu peristiwa dicari dari, atau didapat oleh, anggota
masyarakat dengan mengacu pada pengalaman pribadi, sumber dari kalangan elite,
media massa, atau kombinasi ketiganya. Relevansi dari teori ini terletak
pada situasi yang dinamis yang dihasilkan oleh hubungan antara publik dan
kekuatan politik (elite) tertentu, pada sikap publik terhadap media, dan pada
hubungan antara elite dan media. Perbedaan atau pertentangan antara
publik dan elite dalam mempersepsi suatu peristiwa akan membawa pada upaya
mencari informasi dari media massa dan sumber-sumber informasi lainnya.
Perbedaan ini dapat pula membawa ke arah upaya elite untuk memanipulasi
persepsi publik dengan secara langsung mencampuri peristiwa tersebut atau
dengan cara mengendalikan media massa.
Kerangka acuan yang digunakan teori
ini dapat diperluas dengan melibatkan sejumlah variabel dari elemen-elemen
utama teori ini (publik, elite, media dan peristiwa). Jadi kita dapat
membedakan peristiwa berdasarkan relevansinya, nilai pentingnya, aktualitasya,
atau tingkat kontroversinya. Kita dapat menggolongkan publik atas segmen
atau sektor, memberikan kategori atas sumber-sumber informasi dalam elite
berdasarkan posisi mereka dalam struktur sosial masyarakat. Sebagai ilustrasi,
penelitian mengenai penggunaan media massa dan pendapat umum yang dilakukan
oleh Tichenor (1973) membuktikan bahwa prakiraan atas suatu peristiwa yang
dianggap kotroversial akan membuat publik untuk lebih mencermati informasi dari
media massa mengenai peristiwa tersebut.
Teori lainnya yang lebih sosiologis
dikemukakan oleh John. W. Riley dan Mathilda White Riley (1959). Mereka
berangkat dari anggapan bahwa teori-teori komunikasi massa yang ada pada saat
ini menimbulkan kesan seolah-olah proses komunikasi terjadi dalam situasi
sosial yang vacuum (hampa) dan bahwa pengaruh lingkungan terhadap proses
tersebut terasa diabaikan. Padahal, seperti mereka katakan, manusia
sebagai mahluk yang berkomunikasi merupakan bagian dari berbagai struktur sosial
yang berbeda. Oleh karenanya, mereka menawarkan suatu teori yang
bertujuan untuk menganalisis komunikasi massa yang lebih menekankan pada aspek
sosiologis dengan menganggap bahwa komuniaksi massa merupakan satu di antara
berbagai sistem sosial yang ada dalam masyarakat.
Riley and Riley menunjuk pada peran
primary group dan reference group dalam proses komunikasi. Primary
group ditandai dengan hubungan yang intim antar anggotanya, misalnya
keluarga. Sedangkan reference group adalah kelompok dimana
seseorang belajar untuk mengenal sikap, nilai, dan perilakunya. Dalam
banyak hal primary group acapkali berfungsi pula sebagai refence group.
Sebagai komunikator atau penerima pesan, individu dipengaruhi oleh primary
group. Dalam kapasitasnya sebagai komunikator, individu mungkin
terpengaruh dalam memilih dan membentuk pesannya, mempersepsi pesan, dan
menanggapi pesan. Pada sisi lain, primary group juga terpengaruh sebagian
oleh interaksi dengan primery group lainnya; dan sebagian lagi oleh struktur
social yang lebih luas, yang juga secara langsung dapat mempengaruhi
individu. Struktur social yang lebih luas ini seringkali dikenal pula
sebagai secondary group, seperti misalnya organisasi politik,
perusahaan, atau serikat pekerja. Di mana seperti halnya primary group,
telah memperkenalkan norma dan menjadi panutan dalam berperilaku. Proses
komunikasi massa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh proses sosial yang lebih
luas tersebut.
Rangkuman
Teori-teori komunikasi pada awalnya
didominasi oleh pendekatan yang linier dan mekanistis. Dimulai dari
Lasswell yang memperkenalkan formula untuk mengenali komponen dalam proses
komunikasi massa dan jenis-jenis studi pada tiap komponen. Teori
berikutnya yang dikemukakan oleh Shannon dan Weaver menggambarkan proses
komunikasi secara matematis dengan mengadopsi proses telekomunikasi untuk
diterapkan dalam konteks komunikasi manusia. Konsep Shannon-Weaver ini
kemudian dikembangkan oleh DeFleur yang memperkenalkan dimensi umpan balik
dalam proses komunikasi.
Pendekatan yang lebih
memperhitungkan variabel lain dalam proses komunikasi massa dikemukakan oleh
McLeod dan Chaffee. Teori ko-orientasi mereka menjelaskan adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara kekuatan politik, publik, dan media massa dalam
menanggapi suatu peristiwa tertentu. Akhirnya Riley and Riley
mengemukakan teori yang lebih sosiologis dengan menyatakan bahwa dalam proses
komunikasi (massa), pihak-pihak yang terlibat di dalamnya mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh primary group, scondary grup, dan sistem sosial secara
menyeluruh.
Referensi :
Drs. A.
Mulyana, Teori Komunikasi-modul 12,2008
Berikut ini adalah contoh desain forum komunikasi :
Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin
berkembang, pertumbuhan penduduk pun sangat padat. Indonesia merupakan salah
satu negara yang mempunyai kepadatan penduduk yang terbesar. Pertumbuhan
penduduk dan tingkat kelahiran bayi yang sangat besar mengakibatkan kepadatan
penduduk yang dapat menimbulkan banyak dampak negatif. Dalam rangka menekan pertumbuhan penduduk
yang semakin pesat maka dibutuhkan program “KB”. “KB” dianggap efektif dalam
mengurangi laju ledakan pertumbuhan penduduk dan membatasi angka kelahiran bayi.
“KB” adalah inti dari upaya untuk membangun keluarga kecil bahagia sejahtera.
Tanpa “KB” keluarga tidak akan mampu mengendalikan jumlah anak yang dilahirkan.
Dengan jumlah anak yang banyak, apalagi dengan jarak yang terlalu dekat,
keluarga yang kurang mampu secara ekonomi akan dihadapkan pada kenyataan sulit.
Karena di satu sisi waktu orangtua (ayah ibu) habis untuk mengasuh anak, di
sisi lain keluarga akan sulit untuk bangkit secara ekonomi karena berbagai
keterbatasan yang dimiliki, seperti ketiadaan waktu yang cukup untuk mengelola
usaha, keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dan sebagainya. Hal tersebut
perlu ditandaskan mengingat keluarga yang merasa ekonominya membaik, akan
berkurang pengendaliannya untuk tidak menambah jumlah anak. Terlebih bila
mereka hanya berpikir sesaat, tanpa memikirkan kebutuhan-kebutuhan anak di masa
depan baik pendidikan, kesehatan, pekerjaan, hiburan dan kebutuhan primer
lainnya. Menurut Direktur Kelangsungan
Hidup Ibu Bayi dan Anak (Kahiba) apabila program Keluarga Berencana tidak
berjalan dengan baik maka jumlah penduduk Indonesia dalam 10 tahun mendatang
dapat mencapai 300 juta jiwa karena Penduduk Indonesia sekarang sudah mencapai
250 juta jiwa dan diperkirakan 10 tahun mendatang akan bertambah sebanyak 50
juta jiwa. Masyarakat harus sadar dan
turut serta berpartisipasi dengan mensukseskan program “KB” untuk mengurangi
tingginya angka pertumbuhan penduduk. Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk
yang tidak terkendali menyebabkan pemerintah banyak menghadapi masalah, dengan
jumlah penduduk yang tinggi tapi pendapatan rata-ratanya sangat rendah dapat
dikatakan juga tingkat kemiskinan penduduk masih tinggi. Masalah yang dapat
timbul akibat ledakan penduduk antara lain :
o
Persaingan
Lapangan Pekerjaan
Di negara yang memiliki pertumbuhan penduduk
tinggi akan semakin banyak orang yang memperebutkan lapangan pekerjaan.
Diperkirakan harus diciptakan 30 juta lapangan pekerjaan baru setiap tahunnya
jika setiap orang yang menginjak usia kerja harus memiliki pekerjaan.
o
Persaingan
untuk Mendapat Pemukiman
Persaingan untuk mendapat permukiman yang layak.
Kesempatan Pendidikan
Dengan makin banyaknya bayi yang lahir setiap
tahunnya tentu makin banyaknya diperlukan fasilitas sekolah dan guru yang
memadai. Negara miskin, mungkin tidak bisa memenuhi fasilitas pendidikan.
Sebagai hasilnya, tidak setiap anak memiliki kesempatan untuk bersekolah dan
mendapatkan pendidikan yang memadai.
Sebagai mahasiswa kita dapat melakukan upaya untuk membantu pemerintah
dalam mengatasi masalah dari laju pertumbuhan penduduk, salah satunya memberikan
sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya kesadaran untuk ikut
program “KB” karena masih banyak masyarakat awam yang belum mendukung program
“KB” tersebut dan sebagian dari mereka masih beranggapan bahwa banyak anak itu
banyak rejeki. Dengan menggerakan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan
program KB yang akhir-akhir ini dirasakan menurun. Keberhasilan program KB
dalam memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan
kualitas penduduk. Upaya penyadaran
masyarakat tentang pentingnya program “KB” harus terus dilakukan dengan
intensitas dan frekuensi makin ditingkatkan.
Dengan sosialisasi ini diharapkan nantinya masyarakat lebih sadar dan
sukarela mensukeskan “KB” dan mengajarkan kepada pasangan suami istri untuk
memiliki hanya dua anak saja, laki-laki atau perempuan sama saja agar dapat menekan
laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol sehingga pemerataan
kesejahteraan pun dapat benar-benar terwujud di Indonesia.
Sebagian data dikutip dari :
PILIHAN KONSEP KOMUNIKASI :
Konvergensi
Metode Konvergensi cocok untuk penyampaian informasi karena konvergensi
bersifat horizontal artinya dalam penyampaian informasi dilakukan dengan dua
arah jadi peserta sosialisasi dapat ikut berpartisipasi mengeluarkan
pendapatnya ataupun pertanyaan-pertanyaan sehingga isi dari sosialisasi
tersebut dapat benar-benar dipahami oleh peserta.
FORUM KOMUNIKASI :
Sosialisasi ini dilakukan di lingkungan masyarakat tingkat RT dengan lokasi
Balai Desa setempat. Di tingkat RT karena pada rukun tetangga ini diharapkan
mampu menjadi bagian dasar mensukseskan program Keluarga Berencana serta mampu
menjadi kader dalam mensukseskan “KB”.
KOMUNIKATOR :
1. Penyuluh
dari BKKBN
2. Dokter
3. Kepala
Desa
KOMUNIKAN :
Pasangan Suami Istri
Sesuai dengan tujuan sosialisasi ini adalah
memberikan informasi betapa pentingnya program “KB” untuk menekan pertumbuhan
penduduk di Indonesia maka targetnya adalah pasangan suami istri yang belum
memakai KB maupun yang sudah memakai, bagi pasangan yang belum diharapkan
dengan sosialisasi ini sadar akan pentingnya penggunaan “KB” untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk yang makin lama makin tidak terkendali, sedang untuk yang
telah mengikuti program “KB” agar menjadi lebih mantap untuk terus mengikuti
program pemerintah tersebut. Pasangan suami istri cenderung memiliki karakter
yang terbuka dalam menerima informasi, tentunya informasi yang baik untuk
kesejahteraan keluarga mereka jadi dengan karakter yang terbuka itu mereka
dapat mengikuti program “KB” sebagai upaya nyata untuk meningkatkan
kesejahteraan di dalam keluarga.
PESAN :
Pesan yang disampaikan dalam sosialisasi ini antara lain :
1.
Tingginya
angka pertumbuhan di Indonesia
2.
Akibat yang
di timbulkan dari ledakan pertumbuhan penduduk tersebut
3.
Pentingnya
Program “KB” dalam laju pertumbuhan penduduk di Indonesia
4.
“KB” sebagai
pilihan yang aman digunakan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga
5.
“KB” telah
menjangkau seluruh keluarga miskin yang direncanakan mendapat alat kontrasepsi
gratis
MEDIA :
Dalam sosialisasi ini media yang digunakan adalah :
1.
LCD untuk
menampilkan informasi-informasi yang disampaikan
2.
Buku yang
dibagikan kepada semua peserta yang mengikuti sosialisasi setelah acara selesai
tentang pentingnya “KB” untuk kesejahteraan
3.
Poster berisi
pesan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam program “KB” dibagikan kepada
perwakilan dari peserta setelah acara selesai
UMPAN BALIK (FEEDBACK) :
Setelah diadakannya sosialisasi tentang pentingnya
“KB” ini diharapkan masyarakat pasangan suami istri menjadi sadar akan
pentingnya menggunakan “KB”, dua anak sudah cukup sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan keluarganya dan dapat menekan laju ledakan pertumbuhan penduduk
di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar