Jumat, 28 Desember 2012

Komunikasi Pendidikan




Beberapa defenisi komunikasi massa.
  • Komunikasi massa adalah proses di mana informasi diciptakan dan disebarkan oleh organisasi untuk dikonsumsi oleh khalayak (Ruben, 1992)
  • Komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang. (Bittner, 1980)
  • Komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. (DeFleur dan Denis, 1985)
Dari ketiga defenisi di atas dapat disarikan beberapa unsur yang terlibat dalam komunikasi massa:
1.        sumber
2.        khalayak
3.        pesan
4.        proses
5.        konteks
6.        media
Karakter Komunikasi massa:
1.    Ditujukan pada khalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar dan tidak mengenal batas geografis-kultural.
2.    bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi. Kegiatan penciptaan pesan melilbatkan orang banyak dan terorganisasi.
3.     pola penyampaian bersifat cepat dan tidak terkendala oleh waktu dalam menjangkau khalayak yang luas.
4.     penyampaian pesan cenderung satu arah.
5.     kegiatan komunikasi terencana, terjadwal dan terorganisasi.
6.     penyampaian pesan bersifat berkala, tidak bersifat temporer.
7.     isi pesan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, politik dll)

Memahami komunikasi massa tidak akan terlepas dari media massa, karena objek kajian terbesar adalah pada peran dan pengaruh yang dimainkan media massa. Di bawah ini akan diuraikan  faktor-faktor yang mendasar dari media massa:
1.        media massa merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri sendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. Di lain pihak, institusi media di atur oleh masyarakat.
2.        media massa merupakan sumber kekuatan- alat kontrol, manajemen, inovasi dalam masyarakat  yang dapat didayagunakan sebagai penganti kekuatan atau sumber daya lainnya.
3.        media merupakan forum atau agen yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.
4.        media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.
5.        media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.
 More...
Teori-teori Dasar Komunikasi Massa
Marshall McLuhan mengatakan bahwa kita sebenarnya hidup dalam suatu ‘desa global’.  Pernyataan McLuhan ini mengacu pada perkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia.  Kehadiran media secara serempak di berbagai tempat telah menghadirkan tantangan baru bagi para ilmuwa dari berbagai disiplin ilmu.  Pentingnya komunikasi massa dalam kehidupan manusia modern dewasa ini, terutama kemampuannya untuk menciptakan public, menentukan issue, memberikan kesamaan kerangka berpikir, dan menyusun perhatian public, pada gilirannya telah mengundang berbagai sumbangan teoritis terhadap kajian tentang komunikasi massa.
Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada public secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience.  Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media.  Media merupakan organisasi yang menebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhinya dan mencerminkan budaya dalam masyarakat.  Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas.



Analisis media mengenai adanya dua dimensi komunikasi massa, yaitu:
1.        Dimensi makro, yaitu dimensi yang memandang dari sisi media kepada masyarakat luas beserta institusi-institusinya.  Pandangan ini menggambarkan keterkaitan antara media dengan berbagai institusi lain seperti politik, ekonomi, pendidikan, agama, dan sebagainya.  Teori-teori yang menjelaskan keterkaitan tersebut, mengkaji posisi atau kedudukan media dalam masyarakat  dan terjadinya saling mempengaruhi antara berbagai struktur kemasyarakatan dengan media.
2.        Dimensi mikro, yaitu melihat kepada hubungan antara media dengan audience, baik secara kelompok maupun individual.  Teori-teri mengenai hubungan antara media audience, terutama menekan pada efek-efek individu dan kelompok sebagai hasil interaksi dengan media.
Teori-teori awal mengenai komunikasi massa lahir melalui berbagai penelitian yang didorong oleh perhaian terhadap pengaruh politik terhadpap media suratkabar. Penelitian sejenis yang banyak dilakukan pada awal abad ini, dan kemudian juga penelitian mengenai dampak social dan moral dari radio dan film, terus berkembang hingga akhir PD II.  Penelitian tersebut umumnya berangkat dari tujuan untuk menguji efisiensi dan efektivitas dalam bidang propaganda, telekomunikasi, advertensi, public relations, dan human relations.  Diawali dengan aspek-aspek praktis, penelitian komunikasi massa selanjutnya didukung oleh pendekatan sosiologis dan psikologis yang sedang berkembangg pada saat itu, di samping kemajuan-kemajuan yang sedang terjadi dalam bidang metodologi.  Khususnya dalam hal penggunaan metode eskperimen, survey dan statistic.
Pembahasan berikut akan menguraikan sejumlah teori dasar yang cukup berpengaruh dan telah memberi inspirasi bagi perkembangan teori dan penelitian komunikasi massa berikutnya.  Antara lain adalah:
Formula Lasswell
Seorang ahli ilmu politik Amerika Serikat pada tahun 1948 mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa.  Ungkapan yang merupakan cara sederhana untuk memahami proses komunikasi massa adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:
  • Siapa (Who)
  • Berkata apa (Says what)
  • Melalui saluran apa (in which Channel)
  • Kepada siapa (to Whom)
  • Dengan efek apa (with what Effect)







Ungkapan dalam bentuk pertanyaan yang dikenal sebagai Formula Lasswell  ini, meskipun sangat sederhana atau terlalu menyederhanakan suatu fenomena komunikasi massa, telah membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur pada kajian terhadap komunikasi massa.  Selain dapat menggambarkan komponen-komponen dalam proses komunikasi massa, Lasswell sendiri menggunakan formula ini untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi.  Hal ini dapat disimak pada visualisasi berikut:
Siapa                              Berkata                 Melalui          Kepada                    Dengan
Apa       Saluran Apa         Siapa               Efek Apa
—————-                 ———–              —————         ———–            ————
Komunikator         Pesan               Media               Penerima         Efek
—————-         ————        —————         ———–            ————
Control                   Analisis          Analisis                Analisis         Analisis
Studies                   pesan             media                  audience        efek
More...
Pendekatan Transmisional
Teori-teori yang termasuk dalam pendekatan transmisional pada dasarnya menjelaskan sutau proses komunikasi dengan melihat komponen-komponen yang terkandung didalamnya dan rangkaian aktivitas yang terjadi antara satu komponen dengan komponen lainnya (terutama mengalirnya pesan/informasi).  Teori tentang transmisi pesan ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli matematika, Claude Shannon pada akhir tahun 1940-an.  Shannon yang bekerja pada biro penelitian perusahaan telepon Bell, menerapkan pemikirannya terutama untuk penelitian kepentingan telekomunikasi.  Dia berangkat dari sejumlah pertanyaan yang menyangkut jenis saluran komunikasi apa yang dapat mengangkut muatan sinyal secara maksimum?  Berapa banyak muatan sinyal yang ditransmsikan akan rusak oleh gangguan yang mungkin muncul dalam perjalanannya menuju penerima sinyal?
Pertanyaan ini pada dasarnya menyangkut bidang teori informasi.  Meskipun demikian, teori yang dikembangan Shannon  bersama rekan kerjanya Warren Weaver, dalam suatu bentuk model, telah digunakan sebagai analogi oleh berbagai ilmuwan sosial.  Walau prinsip teknologis pasti berbeda dari proses komunikasi manusia, namun teori Shannon-Weaver telah menadi ide dasar bagi banyak teori komunikasi (massa) di kemudian hari.
Komunikasi oleh mereka digambarkan sebagai suatu proses yang linier dan searah.  Yaitu proses di mana pesan diibaratkan mengalir dari sumber dengan melalui beberapa komponen menuju kepada tujuan (komunikan).  Terdapat lima fungsi yang beroperasi dalam proses komunikasi di samping satu faktor disfungsional yaitu noise atau gangguan. 
                     Pada dasarnya prinsip proses ini adalah seperti bekerjanya proses penyiaran radio.  Pada bagian pertama dari proses adalah sumber informasi yang menciptakan pesan atau rangkaian pesan untuk dikomunikasikan.  Pada tahap berikutnya adalah pesan diubah ke dalam bentuk sinyal oleh trasmiter sehingga dapat diteruskan melalui saluran pada penerima.  Penerima lalu menyusun kembali sinyal menjadi pesan sehingga dapat mencapai tujuan.  Sementara itu sinyal dalam perjalanannya memiliki potensi untuk terganggu oleh berbagai sumber gangguan yang muncul.  Misalnya, ketika terdapat terlalu banyak sinyal dalam saluran yang sama dan pada saat yang bersamaan pula.  Hal ini akan mengakibatkan adanya perbedaan antara sinyal yang ditrasmisikan dan sinyal yang diterima.  Dengan demikian dapat diartikan bahwa pesan yang dibuat oleh sumber dan kemudian disusun kembali oleh penerima hingga mencapai tujuan, tidak selalu memiliki makna yang sama.
Ketidakmampuan komunikator untuk menyadari bahwa suatu pesan yang dikirimkan tidak selalu diterima dengan pengertian yang sama, adalah merupakan penyebab bagi kegagalan komunikasi.
Dari model yang dikemukakan Shannon & Weaver ini, MelvinDeFleur (1966) dalam bukunya Theories of Mass Communication, mengembangkan dan mengaplikasikannya ke dalam teori komunikasi massa.  Dalam kaitannya dengan makna dari pesan yang diciptakan dan diterima, dia mengemukakan bahwa dalam proses komunikasi ‘makna’ diubah menjadi pesan yang lalu diubah lagi oleh transmiter menjadi informasi, dan kemudian disampaikan melalui suatu saluran (misalnya media massa).  Informasi diterima sebagai pesan, lalu diubah menjadi ‘makna’ tersebut, maka hasilnya adalah komuniaksi.  Namun, seperti dikemukakan sendiri DeFleur, jarang sekali korespondensi yang sempurna.  Artinya, dengan toleransi tertentu, komunikasi masih dapat terjadi meskipun terdapat juga ’sejumlah’ perbedaan makna.
DeFleur menambahkan beberapa komponen dalam bagan Shannon Weaver untuk menggambarkan bagaimana sumber/komunikator mendapatkan umpan balik atau feedack, yang memberikan kemungkinan kepada komunikator untuk dapat lebih efektif mengadaptasikan komunikasinya.  Dengan demikian, kemungkinan untuk mencapai korespondensi/kesamaan makna akan meningkat.  More...
Pendekatan Psikologi-Sosial
Dengan mendasarkan pada prinsip keseimbangan kognitif yang dikemukakan oleh psikolog Heider (1946), dan penerapannya oleh Newcomb (1953) pada keseimbangan antara dua individu dalamproses komunikasi ketika menganggapi suatu topik tertentu,  McLeod dan Chaffee (1973) mengemukakan teorinya yang disebut Ko-orientasi.  Fokus dari teori ini adalah komunikasi antarkelompok dalam masyarakat yang berlangsung secara interaktif dan dua arah.  Pendekatan ini memandang sumber informasi, komunikator, dan penerima dalam suatu situasi komunikasi yang dinamis. 
Teori ini menjelaskan bahwa informasi mengenai suatu peristiwa dicari dari, atau didapat oleh, anggota masyarakat dengan mengacu pada pengalaman pribadi, sumber dari kalangan elite, media massa, atau kombinasi ketiganya.  Relevansi dari teori ini terletak pada situasi yang dinamis yang dihasilkan oleh hubungan antara publik dan kekuatan politik (elite) tertentu, pada sikap publik terhadap media, dan pada hubungan antara elite dan media.  Perbedaan atau pertentangan antara publik dan elite dalam mempersepsi suatu peristiwa akan membawa pada upaya mencari informasi dari media massa dan sumber-sumber informasi lainnya.  Perbedaan ini dapat pula membawa ke arah upaya elite untuk memanipulasi persepsi publik dengan secara  langsung mencampuri peristiwa tersebut atau dengan cara mengendalikan media massa.
Kerangka acuan yang digunakan teori ini dapat diperluas dengan melibatkan sejumlah variabel dari elemen-elemen utama teori ini (publik, elite, media dan peristiwa).  Jadi kita dapat membedakan peristiwa berdasarkan relevansinya, nilai pentingnya, aktualitasya, atau tingkat kontroversinya.  Kita dapat menggolongkan publik atas segmen atau sektor, memberikan kategori atas sumber-sumber informasi dalam elite berdasarkan posisi mereka dalam struktur sosial masyarakat.  Sebagai ilustrasi, penelitian mengenai penggunaan media massa dan pendapat umum yang dilakukan oleh Tichenor (1973) membuktikan bahwa prakiraan atas suatu peristiwa yang dianggap kotroversial akan membuat publik untuk lebih mencermati informasi dari media massa mengenai peristiwa tersebut.
Teori lainnya yang lebih sosiologis dikemukakan oleh John. W. Riley dan Mathilda White Riley (1959).  Mereka berangkat dari anggapan bahwa teori-teori komunikasi massa yang ada pada saat ini menimbulkan kesan seolah-olah proses komunikasi terjadi dalam situasi sosial yang vacuum (hampa) dan bahwa pengaruh lingkungan terhadap proses tersebut terasa diabaikan.  Padahal, seperti mereka katakan, manusia sebagai mahluk yang berkomunikasi merupakan bagian dari berbagai struktur sosial yang berbeda.  Oleh karenanya, mereka menawarkan suatu teori yang bertujuan untuk menganalisis komunikasi massa yang lebih menekankan pada aspek sosiologis dengan menganggap bahwa komuniaksi massa merupakan satu di antara berbagai sistem sosial yang ada dalam masyarakat.
Riley and Riley menunjuk pada peran primary group dan reference group dalam proses komunikasi.  Primary group ditandai dengan hubungan yang intim antar anggotanya, misalnya keluarga.  Sedangkan reference group adalah kelompok dimana seseorang belajar untuk mengenal sikap, nilai, dan perilakunya.  Dalam banyak hal primary group acapkali berfungsi pula sebagai refence group.  Sebagai komunikator atau penerima pesan, individu dipengaruhi oleh primary group.  Dalam kapasitasnya sebagai komunikator, individu mungkin terpengaruh dalam memilih dan membentuk pesannya, mempersepsi pesan, dan menanggapi pesan.  Pada sisi lain, primary group juga terpengaruh sebagian oleh interaksi dengan primery group lainnya; dan sebagian lagi oleh struktur social yang lebih luas, yang juga secara langsung dapat mempengaruhi individu.  Struktur social yang lebih luas ini seringkali dikenal pula sebagai secondary group, seperti misalnya organisasi politik, perusahaan, atau serikat pekerja.  Di mana seperti halnya primary group, telah memperkenalkan norma dan menjadi panutan dalam berperilaku. Proses komunikasi massa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh proses sosial yang lebih luas tersebut.
Rangkuman
Teori-teori komunikasi pada awalnya didominasi oleh pendekatan yang linier dan mekanistis.  Dimulai dari Lasswell yang memperkenalkan formula untuk mengenali komponen dalam proses komunikasi massa dan jenis-jenis studi pada tiap komponen.  Teori berikutnya yang dikemukakan oleh Shannon dan Weaver menggambarkan proses komunikasi secara matematis dengan mengadopsi proses telekomunikasi untuk diterapkan dalam konteks komunikasi manusia.  Konsep Shannon-Weaver ini kemudian dikembangkan oleh DeFleur yang memperkenalkan dimensi umpan balik dalam proses komunikasi.
Pendekatan yang lebih memperhitungkan variabel lain dalam proses komunikasi massa dikemukakan oleh McLeod dan Chaffee.  Teori ko-orientasi mereka menjelaskan adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara kekuatan politik, publik, dan media massa dalam menanggapi suatu peristiwa tertentu.  Akhirnya Riley and Riley mengemukakan teori yang lebih sosiologis dengan menyatakan bahwa dalam proses komunikasi (massa), pihak-pihak yang terlibat di dalamnya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh primary group, scondary grup, dan sistem sosial secara menyeluruh.
Referensi :
Drs. A. Mulyana, Teori Komunikasi-modul 12,2008

Berikut ini adalah contoh desain forum komunikasi :

Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin berkembang, pertumbuhan penduduk pun sangat padat. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kepadatan penduduk yang terbesar. Pertumbuhan penduduk dan tingkat kelahiran bayi yang sangat besar mengakibatkan kepadatan penduduk yang dapat menimbulkan banyak dampak negatif.   Dalam rangka menekan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat maka dibutuhkan program “KB”. “KB” dianggap efektif dalam mengurangi laju ledakan pertumbuhan penduduk dan membatasi angka kelahiran bayi. “KB” adalah inti dari upaya untuk membangun keluarga kecil bahagia sejahtera. Tanpa “KB” keluarga tidak akan mampu mengendalikan jumlah anak yang dilahirkan. Dengan jumlah anak yang banyak, apalagi dengan jarak yang terlalu dekat, keluarga yang kurang mampu secara ekonomi akan dihadapkan pada kenyataan sulit. Karena di satu sisi waktu orangtua (ayah ibu) habis untuk mengasuh anak, di sisi lain keluarga akan sulit untuk bangkit secara ekonomi karena berbagai keterbatasan yang dimiliki, seperti ketiadaan waktu yang cukup untuk mengelola usaha, keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dan sebagainya. Hal tersebut perlu ditandaskan mengingat keluarga yang merasa ekonominya membaik, akan berkurang pengendaliannya untuk tidak menambah jumlah anak. Terlebih bila mereka hanya berpikir sesaat, tanpa memikirkan kebutuhan-kebutuhan anak di masa depan baik pendidikan, kesehatan, pekerjaan, hiburan dan kebutuhan primer lainnya.  Menurut Direktur Kelangsungan Hidup Ibu Bayi dan Anak (Kahiba) apabila program Keluarga Berencana tidak berjalan dengan baik maka jumlah penduduk Indonesia dalam 10 tahun mendatang dapat mencapai 300 juta jiwa karena Penduduk Indonesia sekarang sudah mencapai 250 juta jiwa dan diperkirakan 10 tahun mendatang akan bertambah sebanyak 50 juta jiwa.  Masyarakat harus sadar dan turut serta berpartisipasi dengan mensukseskan program “KB” untuk mengurangi tingginya angka pertumbuhan penduduk. Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menyebabkan pemerintah banyak menghadapi masalah, dengan jumlah penduduk yang tinggi tapi pendapatan rata-ratanya sangat rendah dapat dikatakan juga tingkat kemiskinan penduduk masih tinggi. Masalah yang dapat timbul akibat ledakan penduduk antara lain :
o   Persaingan Lapangan Pekerjaan
Di negara yang memiliki pertumbuhan penduduk tinggi akan semakin banyak orang yang memperebutkan lapangan pekerjaan. Diperkirakan harus diciptakan 30 juta lapangan pekerjaan baru setiap tahunnya jika setiap orang yang menginjak usia kerja harus memiliki pekerjaan.
o   Persaingan untuk Mendapat Pemukiman
Persaingan untuk mendapat permukiman yang layak. Kesempatan Pendidikan
Dengan makin banyaknya bayi yang lahir setiap tahunnya tentu makin banyaknya diperlukan fasilitas sekolah dan guru yang memadai. Negara miskin, mungkin tidak bisa memenuhi fasilitas pendidikan. Sebagai hasilnya, tidak setiap anak memiliki kesempatan untuk bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang memadai.
Sebagai mahasiswa kita dapat melakukan upaya untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah dari laju pertumbuhan penduduk, salah satunya memberikan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya kesadaran untuk ikut program “KB” karena masih banyak masyarakat awam yang belum mendukung program “KB” tersebut dan sebagian dari mereka masih beranggapan bahwa banyak anak itu banyak rejeki. Dengan menggerakan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program KB yang akhir-akhir ini dirasakan menurun. Keberhasilan program KB dalam memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan kualitas penduduk.  Upaya penyadaran masyarakat tentang pentingnya program “KB” harus terus dilakukan dengan intensitas dan frekuensi makin ditingkatkan.
Dengan sosialisasi ini diharapkan nantinya masyarakat lebih sadar dan sukarela mensukeskan “KB” dan mengajarkan kepada pasangan suami istri untuk memiliki hanya dua anak saja, laki-laki atau perempuan sama saja agar dapat menekan laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol sehingga pemerataan kesejahteraan pun dapat benar-benar terwujud di Indonesia.
Sebagian data dikutip dari :


PILIHAN KONSEP KOMUNIKASI            :
Konvergensi
Metode Konvergensi cocok untuk penyampaian informasi karena konvergensi bersifat horizontal artinya dalam penyampaian informasi dilakukan dengan dua arah jadi peserta sosialisasi dapat ikut berpartisipasi mengeluarkan pendapatnya ataupun pertanyaan-pertanyaan sehingga isi dari sosialisasi tersebut dapat benar-benar dipahami oleh peserta.

FORUM KOMUNIKASI  :
Sosialisasi ini dilakukan di lingkungan masyarakat tingkat RT dengan lokasi Balai Desa setempat. Di tingkat RT karena pada rukun tetangga ini diharapkan mampu menjadi bagian dasar mensukseskan program Keluarga Berencana serta mampu menjadi kader dalam mensukseskan “KB”.



KOMUNIKATOR  :
1.  Penyuluh dari BKKBN
2.  Dokter
3.  Kepala Desa

KOMUNIKAN :
Pasangan Suami Istri
Sesuai dengan tujuan sosialisasi ini adalah memberikan informasi betapa pentingnya program “KB” untuk menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia maka targetnya adalah pasangan suami istri yang belum memakai KB maupun yang sudah memakai, bagi pasangan yang belum diharapkan dengan sosialisasi ini sadar akan pentingnya penggunaan “KB” untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang makin lama makin tidak terkendali, sedang untuk yang telah mengikuti program “KB” agar menjadi lebih mantap untuk terus mengikuti program pemerintah tersebut. Pasangan suami istri cenderung memiliki karakter yang terbuka dalam menerima informasi, tentunya informasi yang baik untuk kesejahteraan keluarga mereka jadi dengan karakter yang terbuka itu mereka dapat mengikuti program “KB” sebagai upaya nyata untuk meningkatkan kesejahteraan di dalam keluarga.

PESAN :
Pesan yang disampaikan dalam sosialisasi ini antara lain :
1.      Tingginya angka pertumbuhan di Indonesia
2.      Akibat yang di timbulkan dari ledakan pertumbuhan penduduk tersebut
3.      Pentingnya Program “KB” dalam laju pertumbuhan penduduk di Indonesia
4.      “KB” sebagai pilihan yang aman digunakan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga
5.      “KB” telah menjangkau seluruh keluarga miskin yang direncanakan mendapat alat kontrasepsi gratis

MEDIA :
Dalam sosialisasi ini media yang digunakan adalah :
1.         LCD untuk menampilkan informasi-informasi yang disampaikan
2.         Buku yang dibagikan kepada semua peserta yang mengikuti sosialisasi setelah acara selesai tentang pentingnya “KB” untuk kesejahteraan
3.         Poster berisi pesan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam program “KB” dibagikan kepada perwakilan dari peserta setelah acara selesai

UMPAN BALIK (FEEDBACK) :
Setelah diadakannya sosialisasi tentang pentingnya “KB” ini diharapkan masyarakat pasangan suami istri menjadi sadar akan pentingnya menggunakan “KB”, dua anak sudah cukup sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan dapat menekan laju ledakan pertumbuhan penduduk di Indonesia. 


0 komentar:

Posting Komentar