Latar
Belakang :
Manusia
membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, pendidikan merupakan usaha agar
manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Di
negara kita sudah terdapat undang-undang yang mengatur tentang pendidikan,
seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1)
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan ayat (3)
menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang di atur dengan undang-undang.
Oleh karena itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa
yang juga merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.
Dari
pernyataan di atas jelas bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan
yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan anak berkelainan pun
berhak memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (normal) dalam
pendidikan. Setiap anak harus diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan.
Kita
semua mengetahui bahwa setiap anak terlahir ke dunia ini dengan kondisi yang
berbeda secara fisik dan mental. Ada beberapa anak yang terlahir dengan
kelainan fisik dan mental yang disebut juga dengan Special Needs (Anak Berkebutuhan Khusus/ABK). Dimana dengan
keterbatasan yang dimiliki dia tidak mampu memperoleh pendidikan secara normal
layaknya anak-anak pada umumnya. Untuk itu perlu penanganan secara khusus untuk
anak-anak seperti ini.
Pembagian
ABK di Indonesia menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa dalam blog Nana RF
(2010) yaitu Tunanetra (gangguan penglihatan), Tunarungu (gangguan
pendengaran), Tuna grahita, Tunawicara, Tuna daksa, Tuna laras, Anak berbakat,
Tunaganda, Anak berkesulitan belajar, Anak Autisme, Anak dengan gangguan konsentrasi dan perhatian (ADD/ADHD), lambat
belajar (IQ 70-90), Korban penyalahgunaan Narkoba/HIV/AIDS dan anak indigo
(anak-anak yang memiliki indra keenam)
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat membutuhkan penanganan khusus untuk mengenyam
pendidikan agar hak-haknya dapat terpenuhi. ABK masih mempunyai secercah
harapan untuk masa depannya. Proses pembelajaran untuk ABK tidaklah semudah
pada anak normal pada umumnya, dimana guru dituntut untuk selalu menambah
pengetahuan dan mencari metode pengajaran yang sesuai. Apabila guru dapat
mengajarkan dengan metode yang tepat maka pembelajaran akan berubah menjadi
pelajaran yang menyenangkan dan pada akhirnya prestasi ABK pun dapat meningkat.
Salah
satu metode mengajar yang dapat digunakan agar materi yang disampaikan dapat
mudah dipahami atau dimengerti oleh ABK adalah dengan bantuan media dalam
pembelajaran. Penggunaan media belajar yang melibatkan keaktifan siswa akan
lebih mempermudah proses belajar mengajar karena mampu membantu daya ingat
siswa terhadap materi yang dipelajari. Menjadi kewajiban seorang teknolog
pendidikan bahwa kita dapat membantu ABK dengan kemampuan yang kita miliki.
Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai penggunaan media visual pada anak-anak dengan
gangguan konsentrasi dan perhatian (ADHD/hiperaktif). Penulis makalah ini tidak
terjun langsung ke lapangan atau melakukan penelitian, namun penulis
mengumpulkan data dari sumber-sumber belajar yang ada tentang penggunaan media visual
untuk ABK khususnya anak hiperaktif. Sebagai teknolog pendidikan sangat perlu
kita memahami lebih dalam tentang penggunaan media visual untuk ABK khususnya
dalam makalah ini adalah anak hiperaktif. Menjadi kewajiban kita untuk membantu
ABK dengan kemampuan yang kita miliki.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah anak hiperaktif itu?
2.
Apakah media pembelajaran itu ?
3.
Apakah media visual itu ?
4.
Mengapa penggunaan media visual dalam
pembelajaran penting untuk anak hiperaktif ?
5.
Bagaimana penggunaan media visual
(gambar) dalam pembelajaran anak hiperaktif ?
C.
Tujuan
Makalah
1.
Mengetahui tentang anak hiperaktif
2.
Mengetahui tentang media pembelajaran
3.
Mengetahui tentang media visual
4.
Mengetahui pentingnya penggunaan media visual
belajar untuk anak hiperaktif
5.
Mengetahui bagaimana pengggunaan media
visual dalam pembelajaran anak hiperaktif
D.
Manfaat
Makalah
Ada beberapa manfaat
dalam makalah ini yaitu :
1. Manfaat
Teoritis: menambah wawasan tentang penggunaan media visual (gambar) sebagai
media pembelajaran
2. Manfaat
Praktis: diharapkan para pendidik/guru (terutama teknolog pendidikan) dapat
mengembangkan media pembelajaran melalui media visual yang cocok bagi kebutuhan
siswa
3. Manfaat
bagi penulis makalah: menambah pengetahuan tentang pembelajaran khususnya dalam
penggunaan media visual bagi anak hiperaktif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Anak
Hiperaktif
1.
Pengertian Hiperaktif
Tin Suharmini
(2005:7) Istilah hiperaktif berasal dari dua kata, yaitu hyper dan activity. Hyper berarti banyak di atas, tinggi. Activity berati keadaan yang selalu
bergerak, mengadakan eksplorasi serta respon terhadap rangsang dari luar.
Dengan demikian berdasarkan istilah hiperaktif berarti aktivitas yang sangat
tinggi atau sangat banyak. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan anak yang
terus menerus bergerak seakan-akan tidak mengenal akhir, atau tidak akan
berhenti.
Hiperaktif atau yang dikenal dengan Attention
Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) menggambarkan anak-anak yang
menderita ketidakmampuan untuk ‘stop,
look, listen and think’
(Abikoff, 1987). Kelemahan tersebut
disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menggunakan strategi kognitif yang terorganisir sehingga sulit memusatkan dan
mempertahankan perhatian. Perilaku mereka tidak diatur melalui aturan yang
jelas.
2.
Karakteristik Anak Hiperaktif
Menurut Inu
Wicaksono (2000) dalam buku Tin Suharmini (2005:17) karakteristik anak
hiperaktif adalah sering tangan dan kaki banyak gerak di tempat duduk, sering
meninggalkan tempat duduk sewaktu mengikuti pelajaran di kelas, sering
berlari-lari atau memanjat secara berlebihan, tidak dapat mengikuti aktivitas
dengan tenang atau santai, selalu bergerak terus seperti digerakkan oleh mesin
dan sering banyak bicara.
Tin Suharmini
(2005:17) penelitian yang dilakukan Tin Suharmini (2000) mengemukakan
karakteristik anak hiperaktif yaitu mengganggu situasi kelas, daya konsentrasi
rendah, impulsif, koordinasi motorik rendah, dan mudah beralih perhatian.
3.
Penyebab Hiperaktivitas
Tin Suharmini
(2005:37) sejumlah ahli memperdebatkan
tentang penyebab hiperaktivitas. Ada enam faktor yang diperdebatkan sebagai
penyebab hiperaktivitas. Enam faktor tersebut adalah faktor neurologi (brain injured/luka otak), Toxic reactious (keracunan, keracunan
ini dapat diperoleh manusia melalui udara yang sering dihirup oleh manusia,
makanan dan minuman yang dikonsumsi), kemudian kondisi prenatal (kondisi
kehamilan dan proses persalinan), faktor genetik, variasi biologis, dan karena
faktor lingkungan.
4.
Penanganan Hiperaktivitas
Agar perkembangan anak hiperaktif
bisa kembali seperti anak normal atau setidaknya bisa berkurang
hiperaktifitasnya dan dapat berkomunikasi atau menjalankan hubungan baik dengan
orang-orang di sekitarnya makan anak hiperaktif perlu mendapatkan pendidikan,
pengasuhan dan penanganan secara khusus sejak dini, untuk itu para pendidik
(orang tua, guru dan orang dewasa lainnya) sangat diperlukan dalam upaya
penyembuhan anak hiperaktif. Walaupun dibutuhkan kesabaran, energi, memakan
waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit, namun dengan dilakukan
secara intensif akan membantu penyembuhannya secara bertahap hiperaktifitasnya
akan berkurang.
B.
Media
Pembelajaran
1.
Pengertian
Media Pembelajaran
Media merupakan perantara atau pengantar. Menurut AECT/Association for Educational Communication
and Technology (1979) dalam buku Yusufhadi Miarso (2009:457) mengartikan
bahwa media sebagai segala bentuk dan saluran untuk proses transmisi informasi.
Istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukkan usaha pendidikan
yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang di tetapkan terlebih
dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta yang pelaksanaannya terkendali.
Media
Pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali (Yusufhadi Miarso:2009:458)
Dari beberapa
pengertian media pembelajaran tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengirim ke
penerima sehingga dapat
merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar.
2.
Manfaat Media Pembelajaran
Nana Sudjana
(2002:2) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam
pelajaran.
Yusufhadi Miarso
(2009:458) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh
para siswa. Pengalaman tiap-tiap siswa itu berbeda-beda. Kehidupan keluarga dan
masyarakat sangat menentukan pengalaman macam apa yang dimiliki oleh siswa. Media
dapat melampaui batas ruang kelas, banyak hal yang tak mungkin untuk dialami
secara langsung di dalam kelas oleh para siswa karena : (1) Obyek terlalu besar
misal candi, stasiun, dan lain-lain;dengan media kita bisa menampilkannya ke
hadapan siswa. (2) Beberapa objek, makhluk hidup dan benda, yang terlalu kecil
untuk diamati dengan mata telanjang, misalnya bakteri, protozoam dan
sebagainya, kaca pembesar sebagai salah satu bentuk sarana pembelajaran dapat
memperbesar dan memperjelas objek-objek tadi. (3) Gerakan-gerakan yang terlalu
lambat untuk diamati, misalnya proses pemekaran bunga, dapat diikuti prosesnya
dalam beberapa saat saja berkat media fotografi. (4) Gerakan-gerakan yang
terlalu cepat pun sulit ditangkap mata biasa, misalnya kepakan sayap burung,
kumbang dan lain-lain, dapat diamati berkat media. (5) Adakalanya objek yang
akan dipelajari terlalu kompleks. Media dalam bentuk diagram atau model dapat
digunakan untuk menyederhanakan objek yang bersangkutan agar lebih gampang
dimengerti. (6) Bunyi-bunyi yang amat halus ataupun suara guru berceramah di
hadapan ratusan siswa, yang tak mungkin ditangkap dengan jelas oleh telinga
biasa menjadi jelas didengar berkat media. (7) Rintangan-rintangan untuk
mempelajari musim, iklim, dan geografi secara umum dapat diatasi, kehidupan
ikan di dalam laut atau kehidupan singa di hutan dapat dihidangkan ke depan
kelas. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan
lingkungannya, mereka tidak hanya diajak “membaca tentang” atau “berbicara
tentang” gejala-gejala fisik dan sosial, tetapi diajak berkontak secara
langsung dengannya. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Persepsi yang
dimiliki si A berbeda dengan si B bila si A hanya pernah mendengar sedang si B
pernah melihat sendiri bahkan pernah memegang, meraba, dan merasakannya. Media
memberikan pengalaman dan persepsi yang sama. Pengamatan yang dilakukan oleh
siswa bisa bersama-sama diarahkan ke hal-hal penting yang dimaksudkan guru. Media
membangkitkan keinginan dan minat baru. Dengan menggunakan media pendidikan,
horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam, konsep-konsep
dengan sendirinya semakin lengkap. Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar
selalu muncul. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar.
pemasangan gambar-gambar di papan tempel, pemutaran film, mendengarkan rekaman,
atau radio merupakan rangsangan yang membangkitkan keinginan untuk belajar. Media
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu
serta kecepatan yang ditentukan sendiri.
Dari beberapa
manfaat media pembelajaran di atas dapat disimpulkan manfaat penggunaan media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah bahwa media pembelajaran
dapat menunjang proses pembelajaran yang mampu mempertinggi pemahaman dan hasil
belajar yang dicapai, materi lebih jelas tidak bersifat verbalistik, memberikan
motivasi (siswa termotivasi untuk belajar), dan memberikan pengalaman belajar
yang lebih bermakna.
C.
Media
Visual
1.
Pengertian Media Visual
Media Visual
(Daryanto, 1993:27), artinya semua media yang digunakan dalam proses belajar
yang bisa dinikmati lewat panca indera mata.
Tampilnya
lambang-lambang visual untuk memperjelas lambang verbal memungkinkan para siswa
lebih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan dalam proses pengajaran. Hal
ini disebabkan bahwa visualisasi mencoba menggambarkan hakikat suatu pesan
dalam bentuk yang menyerupai keadaan yang sebenarnya atau realisme. (Nana
Sudjana, 2002:8)
Media visual
memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. media visual dapat
memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan
minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan
dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks
yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (gambar) itu untuk
meyakinkan terjadinya proses informasi.
Dengan demikian
media visual dapat diartikan sebagai alat pembelajaran yang hanya bisa dilihat
untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan akan isi materi pelajaran.
Pendidikan melalui media visual adalah metode atau cara untuk memperoleh
pengertian yang lebih baik daripada sesuatu yang hanya didengar atau dibacanya.
2.
Fungsi Media Visual
Levie &
Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi
media pembelajaran, khususnya media
visual, yaitu fungsi
atensi, fungsi efektif,
fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media
visual merupakan inti,
yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada
isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang
ditampilkan atau teks materi pelajaran.
Fungsi afektif media visual
dapat terlihat dari
tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang
bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi
dan sikap siswa, misalnya informasi
yang menyangkut masalah sosial atau ras.
Fungsi kognitif media
visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa
lambang visual atau
gambar memperlancar pencapaian
untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media
pembelajaran terlihat dari
hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami
teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
3.
Penggunaan Media Visual
Selama proses pembelajaran
kita cenderung menggunakan indera penglihatan, kita memakai mata kita untuk
memperoleh informasi, pengetahuan, simbol, isyarat, atau hal yang menarik
perhatian kita, ini mempunyai arti yang penting dalam proses belajar. Kemampuan
penglihatan harus dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan hasil yang
telah kita peroleh dalam proses belajar mengajar.
Sharon E.
Smaldino dalam bukunya “Instructional
Technology and Media for Learning” (2007:51) menjelaskan bahwa penampilan visual
tidak boleh mengganggu, gambar dan tulisan yang diproyeksikan harus dapat
dibaca, untuk itu harus jelas dan terang. Visual tidak boleh
meragukan, artinya obyek-obyek
yang masih asing
atau belum dikenal hendaklah ditampilkan
sedini mungkin. Untuk
mendapatkan gambaran tentang ukuran dan
bentuknya, harus terlihat
perbandingannya dengan obyek
lain yang sudah dikenal.
Media visual
tidak boleh terlalu ramai dan kacau supaya informasi yang dimaksudkan dapat
tertangkap jelas oleh siswa. Media visual haruslah sesuai dengan kenyataan dan
dapat diterima, kalau mungkin gerakan gambar, grafis atau slide yang asli untuk
membuat master copy (duplikat asli yang
pertama kali), gunakan
yang asli (master)
untuk membuat setiap
turunan/kopi/duplikat untuk menjaga kualitas gambar.
4.
Pengembangan Media Visual
Visualisasi
pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat
dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti
foto, gambar/ilustrasi, sketsa/gambar
garis, grafik, bagan,
chart, dan gabungan
dari dua bentuk
atau lebih. Foto menghadirkan
ilustrasi melalui gambar
yang hampir menyamai kenyataan dari
sesuatu obyek atau
sesuatu.
Smaldino
(2007:60) menjelaskan bahwa dalam membuat media visual kita harus memperhatikan
elemen-elemen visual seperti arrangement
(penyusunan), balance (keseimbangan),
color (warna), legability (keterbacaan), dan appeal
(daya tarik) sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan baik.
Sudjana dan
Rivai (2002:20) media visual yang baik hendaknya mengembangkan daya imajinasi.
Daya imajinasi dapat ditimbukan dengan menata dan menyusun unsur-unsur visual
dalam materi pembelajaran. Dalam merancang media pembelajaran perlu
memperhatikan beberapa patokan, antara lain kesederhanaan, keterpaduan,
penekanan, keseimbangan, garis, bentuk, tekstur, ruang dan warna.
Kesederhanaan,
dalam tata letak (lay out) media pembelajaran tampak pada gambar yang cukup
besar dan jelas rincian pokoknya. Lambang-lambang gambarnya harus diberi garis
yang cukup tebal karena ingin ditonjolkan pentingnya, tetapi rincian
penjelasannya cukup dengan garis-garis tipis saja. Dalam hal ini harus terlihat
jelas perbedaan antara latar depan dari latar belakang, unsur pokok yang ditonjolkan.
Tidak perlu hiasan-hiasan lain dibubuhkan kepadanya, sebab akan membingungkan
para pengamat (siswa). Perhatian siswa harus dipusatkan pada gagasan pokok atau
inti pelajaran. Pakailah kata-kata dengan huruf yang sederhana,
klaimat-kalimatnya ringkas tetapi padat dan mudah dipahami siswa.
Keterpaduan,
mengandung pengertian ada hubungan erat di antara berbagai unsur visual
sehingga secara keseluruhannya berfungsi padu. Hal itu dapat dicapai dengan
mempergunakan unsur-unsur yang saling tumpang tindih, penggunaan panah-panah
penunjuk arah dan unsur-unsur vital lain, misalnya garis, bentuk, tekstur,
warna, dan ruang.
Penekanan,
memegang peranan penting dalam penyajian media pembelajaran, walaupun penyajian
visual bersifat tunggal, dengan satu gagasan pokoknya, memiliki keterpaduan,
seringkali memerlukan penekanan pada hanya satu unsur saja yang justru
memerlukan titik perhatian dan minat siswa. dengan memanfaatkan ukuran,
hubungan, perspektif dan unsur-unsur visual seperti garis, bentuk, tekstur, warna,
dan ruang, dibubuhkan kepada satu unsur pokok tersebut cukup memadai.
Keseimbangan,
bentuk atau pola
yang dipilih sebaiknya
menempati ruang penayangan
yang memberikan persepsi
keseimbangan meskipun tidak
seluruhnya simetris tetapi memberikan
kesan dinamis dan
dapat menarik perhatian
disebut keseimbangan formal. Keseimbangan
seperti ini menampakkan
dua bayangan visual yang sama dan
sebangun.
Garis,
digunakan untuk menghubungkan
unsur-unsur sehingga dapat menuntun perhatian siswa untuk
mempelajari suatu urutan-urutan khusus.
Bentuk,
perlku diperhatikan dalam merancang media pengajaran suatu bentuk yang tidak
lazim, dapat memberikan perhatian secara khusus kepada media visual, maka media
pembelajaran semacam itu mampu menarik minat para siswa secara efektif. Bentuk
sebagai unsur visual diperlukan dalam sebuah pameran.
Ruang,
ruang terbuka yang mengelilingi undur-unsur visual dan kata-kata, akan
menghindarkan kesan berdesakan.
Tekstur,
adalah unsur visual
yang dapat menimbulkan
kesan kasar atau halus.
Tekstur dapat digunakan
untuk penekanan suatu
unsur seperti halnya warna.
Warna,
Warna merupakan unsur visual
yang penting, tetapi
ia harus digunakan dengan hati-hati
untuk memperoleh dampak yang
baik. Warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan,
atau untuk membangun keterpaduan. Disamping
itu, warna dapat
mempertinggi tingkat realisme
obyek atau situasi yang
digambarkan, menunjukkan persamaan
dan perbedaan, dan
menciptakan respons
emosional tertentu. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan
ketika menggunakan warna, yaitu (1) pemilihan warna khusus (merah, biru,
kuning, dan sebagainya), (2) nilai
warna (tingkat ketebalan
dan ketipisan warna
itu dibandingkan dengan unsur
lain dalam visual
tersebut), dan (3)
intensitas atau kekuatan warna
itu untuk memberikan dampak yang diinginkan.
5.
Bentuk Media Visual (gambar)
Erianawati
(2005) ada berbagai bentuk media visual (gambar) yang dapat membantu proses
belajar mengajar terutama
anak hiperaktif yaitu
media gambar yang
meliputi gambar chart, gambar chart berseri (flipchart), foto, alat
permainan visual edukatif dan berbagai
media visual gambar
lainnya. Tujuan utama
penampilan berbagai jenis
media visual (gambar)
ini adalah untuk
memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa/anak.
D.
Pentingnya
Penggunaan Media Visual (Gambar) dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif
1.
Pentingnya Media Visual dalam
Pembelajaran Anak Hiperaktif
Selama proses
pembelajaran kita cenderung menggunakan indera penglihatan, kita memakai mata
kita untuk memperoleh informasi, pengetahuan, simbol, isyarat, atau hal yang
menarik perhatian kita, ini mempunyai arti yang penting dalam proses belajar.
Kemampuan penglihatan harus dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan
hasil yang telah kita peroleh dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga
berlaku untuk anak hiperaktif yang selalu menggunakan indera mata.
Berdasarkan
penelitian Erianawati (2005) diketahui bahwa metode yang digunakan
untuk anak hiperaktif adalah metode yang memberikan gambaran
konkrit tentang “sesuatu”,
sehingga anak dapat menangkap pesan,
informasi dan pengertian
tentang “sesuatu” tersebut. Media visual
itu sangat diperlukan karena disamping anak hiperaktif
ia juga kehilangan konsentrasi, dan biasanya juga diimbangi
dengan gangguan pemahaman
bahasa yang teramat
dalam, apa yang tidak diketahui oleh anak hiperaktif
divisualkan lewat gambar-gambar, dan
dengan gambar-gambar yang
berwarna, anak akan
jadi lebih tertarik
untuk melihat dan
memperhatikan apa yang
disampaikan, disamping itu
cara yang termudah untuk
menyampaikan kepada anak
supaya mengerti adalah
dengan menggunakan media visual (gambar). Hampir semua
mata pelajaran dalam
membelajarkan anak hiperaktif dengan menggunakan media visual
(gambar), terutama dalam mengenalkan suatu benda atau
hal lain dalam
membimbing anak untuk
melakukan sesuatu.
Untuk
itu sangat penting
dalam membelajarkan anak
hiperaktif dengan
menggunakan media visual
(gambar-gambar), karena dengan
gambar-gambar itu anak lebih mudah belajar memahami segala sesuatu.
E.
Penggunaan
Media Visual (Gambar) dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif
1.
Pelaksanaan Pembelajaran
Dari hasil penelitian
Erianawati (2005) kurikulum bagi anak
hiperaktif dititik beratkan pada
pengembangan kemampuan dasar, yaitu :
a. Kemampuan dasar kognitif b.Kemampuan dasar bahasa/komunikasi
c. Kemampuan dasar bina diri d.
Sosialisasi
Apabila kemampuan
dasar tersebut dapat
dicapai oleh anak
dengan mengacu pada kemampuan
anak yang sebaya dengan
usia biologi/kalendernya,
maka kurikulum dapat
ditingkatkan pada kemampuan
pra akademik dan kemampuan
akademik, meliputi kemampuan: membaca, menulis, dan matematika
(berhitung).
Dalam proses
pembelajaran anak hiperaktif Erianawati (2005) menyebutkan kondisi ruangan yang
dijadikan tempat berlangsungnya proses pembelajaran juga harus diperhatikan,
guru harus menciptakan kondisi seefektif dan senyaman mungkin, ruangan yang digunakan
tidak terlalu banyak
rangsangan (alat-alat belajar, penempatan atau tata
ruang belajar dan penataan struktur
ruang, ventilasi dan penerangan yang cukup).
Berdasarkan
penelitian Erianawati (2005) dalam
membelajarkan anak hiperaktif
digunakan sistem pembelajaran lovaas one on one (pembelajaran
satu guru satu murid) yang didasari oleh model perilaku kondisioning
operant (Operant Conditioning) dimana
efektifitas pengajaran berkaitan dengan kontrol terhadap antecedent/perilaku yang lalu dan konsekwensi. Yaitu dengan memberikan
reinforcement yang positif sebagai kunci dalam
merubah perilaku. Sehingga
perilaku yang baik
dapat terus dilakukan, sedangkan perilaku
buruk dihilangkan (melalui
time out, hukuman,
atau dengan kata “tidak”). Dalam teknisnya program loovas (Discrete Trial Training/DTT dari Lovaas)
ini terdiri dari 4 bagian, yaitu: Stimuli dari guru agar anak berespons, respon
anak, konsekwensi, dan berhenti sejenak dilanjutkan dengan perintah selanjutnya.
Sedangkan
metode yang digunakan
dalam pembelajaran anak
hiperaktif adalah metode yang memberikan
gambaran konkrit tentang
“sesuatu”, sehingga anak dapat
menangkap pesan, informasi
dan pengertian tentang
“sesuatu” tersebut. Untuk
itu sangat penting dalam
membelajarkan anak hiperaktif dengan menggunakan media,
terutama media visual
(gambar), karena dengan
gambar- gambar itu anak lebih mudah belajar memahami.
Media visual
(gambar) itu mencakup
gambar benda, gambar
warna, gambar bentuk, gambar huruf, gambar angka dan gambar kata kerja.
Kegiatan pembelajaran anak hiperaktif dengan menggunakan media visual gambar,
meliputi:
1) Identifikasi
Benda
Materi yang
diajarkan adalah menunjuk dan menyebutkan
gambar. Media yang digunakan adalah foto dari berbagai benda, dan kartu
gambar. Proses/Prosedur pembelajarannya dilakukan dengan identifikasi gambar,
gambar diletakkan di
meja di depan
anak. Persiapkan perhatian dan
beri perintah “Tunjuk
… (nama benda gambar
tersebut)”. Prompt
(bantuan/arahkan) anak untuk
menunjuk gambar tersebut dan
beri reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit
demi sedikit prompt hingga
akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan
berikutnya dan berikan
reinforce respons
yang benar saja. Selain Identifikasi gambar anak juga melabel gambar,
duduk di kursi berhadapan dengan anak . persiapkan perhatian dan
beri sebuah gambar.
Katakan “Ini apa?” Prompt (bantuan/arahkan) anak
untuk melabel (menyebutkan
nama benda-benda) gambar
tersebut dan beri reinforce (beri
hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit
demi sedikit prompt hingga
akhirnya tanpa promt
sepanjang percobaan berikutnya
dan berikan reinforce
respons yang benar saja.
2) Mencocokkan
(Matching)
Materi yang
diajarkan adalah mencocokkan gambar. Media yang
digunakan adalah benda-benda
dan gambar yang
identik, kartu huruf, benda berwarna,
kartu angka, dan berbagai bentuk. Proses/Prosedur pembelajaran: letakkan benda
(benda-benda) pada meja di
hadapan anak. Beri sebuah benda
yang cocok/sesuai dengan
salah satu benda
di hadapan anak
dan berikan perintah “Samakan”.
Prompt (bantu)
anak untuk meletakkan benda yang diberikan di atas atau
di depan benda yang cocok/sesuai, dan beri
reinforcer (hadiah/pujian). Kurangi
sedikit demi sedikit
prompt hingga akhirnya tanpa
promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
3) Identifikasi
warna
Materi yang
diajarkan adalah mengidentifikasi gambar-gambar
dan melabel (menyebutkan nama) benda-benda
dan gambar-gambar. Media yang digunakan adalah kertas warna dan benda-benda
berwarna. Proses/Prosedur pembelajaran dengan identifikasi warna dengan cara
meletakkan bahan-bahan berwarna
di meja di hadapan
anak. Persiapkan perhatian
dan katakan “Tunjuk …
(nama warna)”. Prompt
(bantu/arahkan) anak untuk
menunjuk warna yang benar
dan reinforce (beri
hadiah/pujian) responsnya.
Kurangi sedikit demi sedikit prompt
hingga akhirnya tanpa promt sepanjang
percobaan berikutnya dan berikan reinforce
respons yang benar saja. Kemudian juga dilanjutkan dengan melabel warna,
persiapkan perhatian dan perlihatkan
sebuah benda berwarna.
Katakan “Warna apa (ini)?”.
Prompt (bantu/arahkan) anak untuk
melabel warna yang dimaksud dan
reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya.
Kurangi sedikit demi sedikit
prompt hingga akhirnya
tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan
reinforce respons yang benar saja.
4)
Identifikasi Bentuk
Materi yang
diajarkan adalah identifikasi bentuk dan melabel bentuk. Media yang digunakan
adalah berbagai bentuk dan gambar.
Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi bentuk, letakkan sebuah
bentuk (berbagai bentuk)
pada meja dihadapan anak.
Persiapkan perhatian dan
katakan “Tunjuk … (nama bentuk)”.
Prompt (bantu/arahkan) anak untuk
menunjuk bentuk yang benar dan reinforce (beri
hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi
sedikit prompt hingga akhirnya
tanpa promt sepanjang percobaan
berikutnya dan berikan reinforce respons
yang benar saja. Selain identifikasi bentuk proses pembelajarannya dengan
melabel bentuk, duduk dikursi
berhadapan dengan anak.
Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah bentuk. Katakan “Bentuk apa
(ini)?”. Prompt (bantu/arahkan) anak
untuk melabel bentuk
yang dimaksud dan reinforce (beri
hadiah/pujian) responsnya. Kurangi
sedikit demi sedikit prompt
hingga akhirnya tanpa prompt
sepanjang percobaan berikutnya
dan berikan reinforce respons yang
benar saja.
5)
Identifikasi Huruf
Materi yang
diajarkan adalah identifikasi huruf dan
melabel huruf. Media yang digunakan adalah kartu-kartu huruf. Proses/Prosedur
pembelajarannya dengan identifikasi huruf, letakkan huruf (-huruf) pada meja
dihadapan anak. Persiapkan perhatian dan katakan “Tunjuk … (nama huruf)”. Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menunjuk bentuk yang benar dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi
sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt
sepanjang percobaan berikutnya
dan berikan reinforce respons
yang benar saja. Selain identifikasi bentuk proses pembelajarannya dengan
melabel bentuk, duduk dikursi berhadapan
dengan anak. Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah
bentuk. Katakan “Huruf apa (ini)?”.
Prompt (bantu/arahkan) anak
untuk melabel bentuk
yang dimaksud dan reinforce
(beri hadiah/pujian) responsnya.
Kurangi sedikit demi sedikit
prompt hingga
akhirnya tanpa promt sepanjang
percobaan berikutnya dan berikan reinforce
respons yang benar saja.
6) Identifikasi
Angka
Materi yang
diajarkan adalah identifikasi angka dan melabel angka. Media yang akan digunakan
adalah kartu-kartu angka.
Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi angka, letakkan angka
(-angka) pada meja
dihadapan anak. Persiapkan perhatian
dan katakan “Tunjuk …
(nama angka)”. Prompt
(bantu/arahkan) anak untuk menunjuk angka
yang benar dan reinforce (beri hadiah/pujian)
responsnya. Kurangi sedikit demi sedikit prompt
hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
Proses pembelajaran selanjutnya dengan melabel angka, duduk dikursi
berhadapan dengan anak.
Persiapkan perhatian dan perlihatkan
sebuah angka. Katakan
“Angka (ber) apa (ini)?”.
Prompt (bantu/arahkan) anak
untuk melabel angka
yang dimaksud dan reinforce responsnya. Kurangi
sedikit demi sedikit prompt
hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
7) Identifikasi
Kata Kerja
Materi yang
diajarkan adalah identifikasi
kata kerja, melabel kata
kerja dan menirukan gambar. Media yang digunakan adalah foto/Gambar
aktivitas orang. Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi kata
kerja, letakkan gambar aktivitas
orang pada meja dihadapan anak.
Persiapkan perhatian dan
katakan “Tunjuk … (gambar
aktivitas orang)”. Prompt (bantu/arahkan) anak
untuk menunjuk gambar yang
benar dan reinforce (beri
hadiah/pujian) responsnya.
Kurangi sedikit demi
sedikit prompt hingga
akhirnya tanpa promt sepanjang
percobaan berikutnya dan
berikan reinforce respons yang benar saja. Proses pembelajaran selanjutnya
dengan melabel kata kerja, duduk
dikursi berhadapan dengan
anak. Persiapkan perhatian dan
perlihatkan sebuah gambar.
Katakan “Gambar apa (ini)?”.
Prompt (bantu/arahkan) anak
untuk melabel gambar yang
dimaksud dan reinforce (beri
hadiah/pujian) responsnya. Kurangi
sedikit demi sedikit
prompt hingga
akhirnya tanpa promt
sepanjang percobaan berikutnya
dan berikan reinforce respons
yang benar saja. Kemudian persiapkan perhatian anak dan beri perintah “Berdiri …
(perintahkan anak menirukan aktivitas dalam gambar). Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menirukan
aktivitas seperti dalam
gambar, reinforce (beri
hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya
tanpa promt sepanjang percobaan
berikutnya dan berikan reinforce
respons yang benar saja.
Dari penjelasan di atas kegiatan
pembelajaran anak hiperaktif diatas meliputi tujuh kegiatan, media visual
(gambar) yang digunakan berupa gambar benda,
gambar warna, gambar bentuk,
gambar huruf, gambar angka dan gambar kata kerja. Semua yang digunakan berupa
media visual. Untuk itu penggunaan media visual sangat penting dalam proses
pembelajaran khususnya bagi anak hiperaktif untuk memudahkan para siswa dalam
memperoleh ilmu sekaligus sebagai upaya untuk mengurangi kehiperaktifan mereka.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Mendapatkan
pendidikan dan pengajaran adalah hak semua orang yang juga tercantum dalam
tujuan negara Indonesia kita. Hal ini menunjukkan bahwa Anak-anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) dalam makalah ini adalah anak hiperaktif juga harus mendapat
pendidikan seperti halnya anak normal lainnya. Tetapi harus dilakukan dengan
cara yang sesuai agar pendidikan dapat tercapai dan juga menjadi salah satu
upaya penyembuhan, atau setidaknya dapat mengurangi kehiperaktifannya. Dalam
proses pendidikan harus menggunakan media pembelajaran yang tepat, karena media
pembelajaran dapat mengatasi permasalahan seperti batas ruang dan waktu.
Penggunaan media yang paling banyak digunakan adalah media visual, dengan media
visual anak lebih tertarik dan lebih mudah memahami segala sesuatu, guru juga
lebih mudah menjalankan proses pembelajaran, khususnya dalam pendidikan anak
hiperaktif sehingga media visual sangat diperlukan dan penting dalam setiap
proses pendidikan.
Saran :
Teknolog pendidikan harus mampu membuat
dan mengembangkan media visual yang sesuai dengan setiap kebutuhan masyarakat,
karena media visual sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Menjadi
kewajiban kita bersama untuk membantu kemajuan pendidikan di Indonesia ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Tin Suharmini. (2005). Penanganan Anak Hiperaktif. Jakarta:
Depdiknas
Sharon E. Smaldino.
(2007). Instructional Technology and
Media for Learning. New Jersey: Pearson Education
Yusufhadi Miarso.
(2009). Menyemai Benih Teknologi
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Nana Sudjana dkk.
(2002). Media Pengajaran. Bandung:
Sinar Baru Algesindo
Jurnal Ilmiah Exacta
Universitas Indraprata PGRI (2009)
Buku UUD 1945
(amandemen) tahun 2002
Erianawati. (2005). Penggunaan Media Visual untuk ABK,
(online)
Diakses pada 8 April
2011 Pukul 19.17 WIB
Jamri Amrizal. (2011). Exceptional Student, (online).
Diakses pada
7 April 2011 Pukul 19:52 WIB
http://www.gunansyah.web.id/4r/2006/09/20/mengenal-pengetahuan-tentang-media-pembelajaran-bagi-anak-tunagrahita/
Diakses pada 7 April 2011 Pukul 19:59 WIB
Nana RF. (2010). Special Need, (online).
http://catatannana.blogspot.com/2010/08/anak-berkebutuhan-khusus-special-need.html
Diakses pada 10 April 2011 Pukul 08.50WIB
Untung ada android banyak kelebihannya. Namun ada banyak juga efek negatifnya, harus di awasi.
BalasHapus