Jumat, 28 Desember 2012

Penggunaan Media Visual Gambar untuk Pembelajaran Anak Hiperaktif



 Latar Belakang :
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Di negara kita sudah terdapat undang-undang yang mengatur tentang pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang di atur dengan undang-undang. Oleh karena itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang juga merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.
Dari pernyataan di atas jelas bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan anak berkelainan pun berhak memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (normal) dalam pendidikan. Setiap anak harus diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan.
Kita semua mengetahui bahwa setiap anak terlahir ke dunia ini dengan kondisi yang berbeda secara fisik dan mental. Ada beberapa anak yang terlahir dengan kelainan fisik dan mental yang disebut juga dengan Special Needs (Anak Berkebutuhan Khusus/ABK). Dimana dengan keterbatasan yang dimiliki dia tidak mampu memperoleh pendidikan secara normal layaknya anak-anak pada umumnya. Untuk itu perlu penanganan secara khusus untuk anak-anak seperti ini.
Pembagian ABK di Indonesia menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa dalam blog Nana RF (2010) yaitu Tunanetra (gangguan penglihatan), Tunarungu (gangguan pendengaran), Tuna grahita, Tunawicara, Tuna daksa, Tuna laras, Anak berbakat, Tunaganda, Anak berkesulitan belajar, Anak Autisme, Anak dengan gangguan konsentrasi dan perhatian (ADD/ADHD), lambat belajar (IQ 70-90), Korban penyalahgunaan Narkoba/HIV/AIDS dan anak indigo (anak-anak yang memiliki indra keenam)
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat membutuhkan penanganan khusus untuk mengenyam pendidikan agar hak-haknya dapat terpenuhi. ABK masih mempunyai secercah harapan untuk masa depannya. Proses pembelajaran untuk ABK tidaklah semudah pada anak normal pada umumnya, dimana guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan mencari metode pengajaran yang sesuai. Apabila guru dapat mengajarkan dengan metode yang tepat maka pembelajaran akan berubah menjadi pelajaran yang menyenangkan dan pada akhirnya prestasi ABK pun dapat meningkat.
Salah satu metode mengajar yang dapat digunakan agar materi yang disampaikan dapat mudah dipahami atau dimengerti oleh ABK adalah dengan bantuan media dalam pembelajaran. Penggunaan media belajar yang melibatkan keaktifan siswa akan lebih mempermudah proses belajar mengajar karena mampu membantu daya ingat siswa terhadap materi yang dipelajari. Menjadi kewajiban seorang teknolog pendidikan bahwa kita dapat membantu ABK dengan kemampuan yang kita miliki.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penggunaan media visual pada anak-anak dengan gangguan konsentrasi dan perhatian (ADHD/hiperaktif). Penulis makalah ini tidak terjun langsung ke lapangan atau melakukan penelitian, namun penulis mengumpulkan data dari sumber-sumber belajar yang ada tentang penggunaan media visual untuk ABK khususnya anak hiperaktif. Sebagai teknolog pendidikan sangat perlu kita memahami lebih dalam tentang penggunaan media visual untuk ABK khususnya dalam makalah ini adalah anak hiperaktif. Menjadi kewajiban kita untuk membantu ABK dengan kemampuan yang kita miliki.
B.            Rumusan Masalah

1.        Apakah anak hiperaktif itu?
2.        Apakah media pembelajaran itu ?
3.        Apakah media visual itu ?
4.        Mengapa penggunaan media visual dalam pembelajaran penting untuk anak hiperaktif ?
5.        Bagaimana penggunaan media visual (gambar) dalam pembelajaran anak hiperaktif ?

C.           Tujuan Makalah

1.        Mengetahui tentang anak hiperaktif
2.        Mengetahui tentang media pembelajaran
3.        Mengetahui tentang media visual
4.        Mengetahui pentingnya penggunaan media visual belajar untuk anak hiperaktif
5.        Mengetahui bagaimana pengggunaan media visual dalam pembelajaran anak hiperaktif

D.           Manfaat Makalah

Ada beberapa manfaat dalam makalah ini yaitu :
1.      Manfaat Teoritis: menambah wawasan tentang penggunaan media visual (gambar) sebagai media pembelajaran
2.      Manfaat Praktis: diharapkan para pendidik/guru (terutama teknolog pendidikan) dapat mengembangkan media pembelajaran melalui media visual yang cocok bagi kebutuhan siswa
3.      Manfaat bagi penulis makalah: menambah pengetahuan tentang pembelajaran khususnya dalam penggunaan media visual bagi anak hiperaktif.
BAB II
PEMBAHASAN

A.           Anak Hiperaktif
1.             Pengertian Hiperaktif
Tin Suharmini (2005:7) Istilah hiperaktif berasal dari dua kata, yaitu hyper dan activity. Hyper berarti banyak di atas, tinggi. Activity berati keadaan yang selalu bergerak, mengadakan eksplorasi serta respon terhadap rangsang dari luar. Dengan demikian berdasarkan istilah hiperaktif berarti aktivitas yang sangat tinggi atau sangat banyak. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan anak yang terus menerus bergerak seakan-akan tidak mengenal akhir, atau tidak akan berhenti.
 Hiperaktif atau yang dikenal dengan Attention  Deficit  Hiperactivity Disorder  (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) menggambarkan anak-anak  yang  menderita  ketidakmampuan  untuk  ‘stop,  look,  listen and think’ (Abikoff, 1987). Kelemahan  tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menggunakan strategi kognitif yang  terorganisir sehingga sulit memusatkan dan mempertahankan perhatian. Perilaku mereka tidak diatur melalui aturan yang jelas.

2.             Karakteristik Anak Hiperaktif
Menurut Inu Wicaksono (2000) dalam buku Tin Suharmini (2005:17) karakteristik anak hiperaktif adalah sering tangan dan kaki banyak gerak di tempat duduk, sering meninggalkan tempat duduk sewaktu mengikuti pelajaran di kelas, sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan, tidak dapat mengikuti aktivitas dengan tenang atau santai, selalu bergerak terus seperti digerakkan oleh mesin dan sering banyak bicara.
Tin Suharmini (2005:17) penelitian yang dilakukan Tin Suharmini (2000) mengemukakan karakteristik anak hiperaktif yaitu mengganggu situasi kelas, daya konsentrasi rendah, impulsif, koordinasi motorik rendah, dan mudah beralih perhatian.

3.             Penyebab Hiperaktivitas
Tin Suharmini (2005:37) sejumlah  ahli memperdebatkan tentang penyebab hiperaktivitas. Ada enam faktor yang diperdebatkan sebagai penyebab hiperaktivitas. Enam faktor tersebut adalah faktor neurologi (brain injured/luka otak), Toxic reactious (keracunan, keracunan ini dapat diperoleh manusia melalui udara yang sering dihirup oleh manusia, makanan dan minuman yang dikonsumsi), kemudian kondisi prenatal (kondisi kehamilan dan proses persalinan), faktor genetik, variasi biologis, dan karena faktor lingkungan.

4.             Penanganan Hiperaktivitas
Agar perkembangan anak hiperaktif bisa kembali seperti anak normal atau setidaknya bisa berkurang hiperaktifitasnya dan dapat berkomunikasi atau menjalankan hubungan baik dengan orang-orang di sekitarnya makan anak hiperaktif perlu mendapatkan pendidikan, pengasuhan dan penanganan secara khusus sejak dini, untuk itu para pendidik (orang tua, guru dan orang dewasa lainnya) sangat diperlukan dalam upaya penyembuhan anak hiperaktif. Walaupun dibutuhkan kesabaran, energi, memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit, namun dengan dilakukan secara intensif akan membantu penyembuhannya secara bertahap hiperaktifitasnya akan berkurang.


B.            Media Pembelajaran
1.             Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan perantara atau pengantar. Menurut AECT/Association for Educational Communication and Technology (1979) dalam buku Yusufhadi Miarso (2009:457) mengartikan bahwa media sebagai segala bentuk dan saluran untuk proses transmisi informasi.
Istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukkan usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang di tetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta yang pelaksanaannya terkendali.
Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali (Yusufhadi Miarso:2009:458)
Dari  beberapa  pengertian  media  pembelajaran tersebut,  maka  dapat disimpulkan  bahwa  media  adalah  segala  sesuatu  yang  dapat digunakan  untuk menyalurkan  pesan  dari  pengirim  ke  penerima  sehingga  dapat  merangsang pikiran,  perasaan,  perhatian  dan  minat  serta  perhatian  siswa  sedemikian  rupa sehingga terjadi proses belajar.

2.             Manfaat Media Pembelajaran
Nana Sudjana (2002:2) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
Yusufhadi Miarso (2009:458) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa. Pengalaman tiap-tiap siswa itu berbeda-beda. Kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan pengalaman macam apa yang dimiliki oleh siswa. Media dapat melampaui batas ruang kelas, banyak hal yang tak mungkin untuk dialami secara langsung di dalam kelas oleh para siswa karena : (1) Obyek terlalu besar misal candi, stasiun, dan lain-lain;dengan media kita bisa menampilkannya ke hadapan siswa. (2) Beberapa objek, makhluk hidup dan benda, yang terlalu kecil untuk diamati dengan mata telanjang, misalnya bakteri, protozoam dan sebagainya, kaca pembesar sebagai salah satu bentuk sarana pembelajaran dapat memperbesar dan memperjelas objek-objek tadi. (3) Gerakan-gerakan yang terlalu lambat untuk diamati, misalnya proses pemekaran bunga, dapat diikuti prosesnya dalam beberapa saat saja berkat media fotografi. (4) Gerakan-gerakan yang terlalu cepat pun sulit ditangkap mata biasa, misalnya kepakan sayap burung, kumbang dan lain-lain, dapat diamati berkat media. (5) Adakalanya objek yang akan dipelajari terlalu kompleks. Media dalam bentuk diagram atau model dapat digunakan untuk menyederhanakan objek yang bersangkutan agar lebih gampang dimengerti. (6) Bunyi-bunyi yang amat halus ataupun suara guru berceramah di hadapan ratusan siswa, yang tak mungkin ditangkap dengan jelas oleh telinga biasa menjadi jelas didengar berkat media. (7) Rintangan-rintangan untuk mempelajari musim, iklim, dan geografi secara umum dapat diatasi, kehidupan ikan di dalam laut atau kehidupan singa di hutan dapat dihidangkan ke depan kelas. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya, mereka tidak hanya diajak “membaca tentang” atau “berbicara tentang” gejala-gejala fisik dan sosial, tetapi diajak berkontak secara langsung dengannya. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Persepsi yang dimiliki si A berbeda dengan si B bila si A hanya pernah mendengar sedang si B pernah melihat sendiri bahkan pernah memegang, meraba, dan merasakannya. Media memberikan pengalaman dan persepsi yang sama. Pengamatan yang dilakukan oleh siswa bisa bersama-sama diarahkan ke hal-hal penting yang dimaksudkan guru. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. Dengan menggunakan media pendidikan, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam, konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap. Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar selalu muncul. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar. pemasangan gambar-gambar di papan tempel, pemutaran film, mendengarkan rekaman, atau radio merupakan rangsangan yang membangkitkan keinginan untuk belajar. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.
Dari beberapa manfaat media pembelajaran di atas dapat disimpulkan manfaat penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah bahwa media pembelajaran dapat menunjang proses pembelajaran yang mampu mempertinggi pemahaman dan hasil belajar yang dicapai, materi lebih jelas tidak bersifat verbalistik, memberikan motivasi (siswa termotivasi untuk belajar), dan memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna.

C.            Media Visual
1.             Pengertian Media Visual
Media Visual (Daryanto, 1993:27), artinya semua media yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca indera mata.
Tampilnya lambang-lambang visual untuk memperjelas lambang verbal memungkinkan para siswa lebih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan dalam proses pengajaran. Hal ini disebabkan bahwa visualisasi mencoba menggambarkan hakikat suatu pesan dalam bentuk yang menyerupai keadaan yang sebenarnya atau realisme. (Nana Sudjana, 2002:8)
Media visual memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (gambar) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.
Dengan demikian media visual dapat diartikan sebagai alat pembelajaran yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan akan isi materi pelajaran. Pendidikan melalui media visual adalah metode atau cara untuk memperoleh pengertian yang lebih baik daripada sesuatu yang hanya didengar atau dibacanya.

2.             Fungsi Media Visual
Levie & Lentz  (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media  visual,  yaitu  fungsi  atensi,  fungsi  efektif,  fungsi  kognitif,  dan fungsi kompensatoris.
Fungsi  atensi  media  visual  merupakan  inti,  yaitu  menarik  dan mengarahkan  perhatian  siswa  untuk  berkonsentrasi  kepada  isi  pelajaran  yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau teks materi pelajaran.
Fungsi  afektif media  visual  dapat  terlihat  dari  tingkat  kenikmatan  siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah  emosi  dan  sikap  siswa, misalnya  informasi  yang menyangkut masalah sosial atau ras.
Fungsi  kognitif media visual  terlihat dari  temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan  bahwa  lambang  visual  atau  gambar  memperlancar pencapaian untuk  memahami  dan mengingat  informasi  atau  pesan  yang  terkandung  dalam gambar.
Fungsi  kompensatoris  media  pembelajaran  terlihat  dari  hasil  penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami  teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. 

3.             Penggunaan Media Visual
Selama proses pembelajaran kita cenderung menggunakan indera penglihatan, kita memakai mata kita untuk memperoleh informasi, pengetahuan, simbol, isyarat, atau hal yang menarik perhatian kita, ini mempunyai arti yang penting dalam proses belajar. Kemampuan penglihatan harus dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan hasil yang telah kita peroleh dalam proses belajar mengajar.
Sharon E. Smaldino dalam bukunya “Instructional Technology and Media for Learning” (2007:51) menjelaskan bahwa penampilan visual tidak boleh mengganggu, gambar dan tulisan yang diproyeksikan harus dapat dibaca, untuk itu harus jelas dan terang. Visual  tidak boleh  meragukan,  artinya  obyek-obyek  yang  masih  asing  atau  belum  dikenal hendaklah  ditampilkan  sedini  mungkin.  Untuk  mendapatkan  gambaran  tentang ukuran  dan  bentuknya,  harus  terlihat  perbandingannya  dengan  obyek  lain  yang sudah dikenal.
Media visual tidak boleh terlalu ramai dan kacau supaya informasi yang dimaksudkan dapat tertangkap jelas oleh siswa. Media visual haruslah sesuai dengan kenyataan dan dapat diterima, kalau mungkin gerakan gambar, grafis atau slide yang asli untuk membuat master copy (duplikat  asli  yang  pertama  kali),  gunakan  yang  asli  (master)  untuk  membuat setiap turunan/kopi/duplikat untuk menjaga kualitas gambar.

4.             Pengembangan Media Visual
Visualisasi pesan,  informasi, atau konsep yang  ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti  foto, gambar/ilustrasi, sketsa/gambar  garis,  grafik,  bagan,  chart,  dan  gabungan  dari  dua  bentuk  atau lebih.  Foto  menghadirkan  ilustrasi  melalui  gambar  yang  hampir  menyamai kenyataan  dari  sesuatu  obyek  atau  sesuatu.
Smaldino (2007:60) menjelaskan bahwa dalam membuat media visual kita harus memperhatikan elemen-elemen visual seperti arrangement (penyusunan), balance (keseimbangan), color (warna), legability (keterbacaan), dan appeal (daya tarik) sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan baik.
Sudjana dan Rivai (2002:20) media visual yang baik hendaknya mengembangkan daya imajinasi. Daya imajinasi dapat ditimbukan dengan menata dan menyusun unsur-unsur visual dalam materi pembelajaran. Dalam merancang media pembelajaran perlu memperhatikan beberapa patokan, antara lain kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, keseimbangan, garis, bentuk, tekstur, ruang dan warna.
Kesederhanaan, dalam tata letak (lay out) media pembelajaran tampak pada gambar yang cukup besar dan jelas rincian pokoknya. Lambang-lambang gambarnya harus diberi garis yang cukup tebal karena ingin ditonjolkan pentingnya, tetapi rincian penjelasannya cukup dengan garis-garis tipis saja. Dalam hal ini harus terlihat jelas perbedaan antara latar depan dari latar belakang, unsur pokok yang ditonjolkan. Tidak perlu hiasan-hiasan lain dibubuhkan kepadanya, sebab akan membingungkan para pengamat (siswa). Perhatian siswa harus dipusatkan pada gagasan pokok atau inti pelajaran. Pakailah kata-kata dengan huruf yang sederhana, klaimat-kalimatnya ringkas tetapi padat dan mudah dipahami siswa.
Keterpaduan, mengandung pengertian ada hubungan erat di antara berbagai unsur visual sehingga secara keseluruhannya berfungsi padu. Hal itu dapat dicapai dengan mempergunakan unsur-unsur yang saling tumpang tindih, penggunaan panah-panah penunjuk arah dan unsur-unsur vital lain, misalnya garis, bentuk, tekstur, warna, dan ruang.
Penekanan, memegang peranan penting dalam penyajian media pembelajaran, walaupun penyajian visual bersifat tunggal, dengan satu gagasan pokoknya, memiliki keterpaduan, seringkali memerlukan penekanan pada hanya satu unsur saja yang justru memerlukan titik perhatian dan minat siswa. dengan memanfaatkan ukuran, hubungan, perspektif dan unsur-unsur visual seperti garis, bentuk, tekstur, warna, dan ruang, dibubuhkan kepada satu unsur pokok tersebut cukup memadai.
Keseimbangan, bentuk  atau  pola  yang  dipilih  sebaiknya  menempati ruang  penayangan yang  memberikan  persepsi  keseimbangan  meskipun  tidak  seluruhnya  simetris tetapi  memberikan  kesan  dinamis  dan  dapat  menarik  perhatian  disebut keseimbangan  formal.  Keseimbangan  seperti  ini  menampakkan  dua  bayangan visual yang sama dan sebangun.
Garis, digunakan  untuk  menghubungkan  unsur-unsur  sehingga  dapat menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus. 
Bentuk, perlku diperhatikan dalam merancang media pengajaran suatu bentuk yang tidak lazim, dapat memberikan perhatian secara khusus kepada media visual, maka media pembelajaran semacam itu mampu menarik minat para siswa secara efektif. Bentuk sebagai unsur visual diperlukan dalam sebuah pameran.
Ruang, ruang terbuka yang mengelilingi undur-unsur visual dan kata-kata, akan menghindarkan kesan berdesakan.
Tekstur, adalah  unsur  visual  yang  dapat  menimbulkan  kesan  kasar  atau halus.  Tekstur  dapat  digunakan  untuk  penekanan  suatu  unsur  seperti  halnya warna.
Warna, Warna merupakan  unsur  visual  yang  penting,  tetapi  ia  harus  digunakan dengan  hati-hati  untuk memperoleh  dampak  yang  baik. Warna  digunakan  untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan, atau untuk membangun keterpaduan. Disamping  itu,  warna  dapat  mempertinggi  tingkat  realisme  obyek  atau  situasi yang  digambarkan,  menunjukkan  persamaan  dan  perbedaan,  dan  menciptakan respons  emosional  tertentu. Ada  tiga hal penting yang harus diperhatikan ketika menggunakan warna, yaitu (1) pemilihan warna khusus (merah, biru, kuning, dan sebagainya),  (2)  nilai  warna  (tingkat  ketebalan  dan  ketipisan  warna  itu dibandingkan  dengan  unsur  lain  dalam  visual  tersebut),  dan  (3)  intensitas  atau kekuatan warna itu untuk memberikan dampak yang diinginkan.

5.             Bentuk Media Visual (gambar)
Erianawati (2005) ada berbagai bentuk media visual (gambar) yang dapat membantu proses belajar  mengajar  terutama  anak  hiperaktif  yaitu  media  gambar  yang  meliputi gambar chart, gambar chart berseri (flipchart), foto, alat permainan visual edukatif dan  berbagai media  visual  gambar  lainnya.  Tujuan  utama  penampilan berbagai jenis  media  visual  (gambar)  ini  adalah  untuk  memvisualisasikan  konsep  yang ingin disampaikan kepada siswa/anak.

D.           Pentingnya Penggunaan Media Visual (Gambar) dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif
1.             Pentingnya Media Visual dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif
Selama proses pembelajaran kita cenderung menggunakan indera penglihatan, kita memakai mata kita untuk memperoleh informasi, pengetahuan, simbol, isyarat, atau hal yang menarik perhatian kita, ini mempunyai arti yang penting dalam proses belajar. Kemampuan penglihatan harus dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan hasil yang telah kita peroleh dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga berlaku untuk anak hiperaktif yang selalu menggunakan indera mata.
Berdasarkan penelitian Erianawati (2005) diketahui bahwa metode  yang  digunakan untuk anak hiperaktif adalah  metode  yang memberikan  gambaran  konkrit  tentang  “sesuatu”,  sehingga  anak  dapat menangkap  pesan,  informasi  dan  pengertian  tentang “sesuatu”  tersebut. Media  visual  itu  sangat  diperlukan karena disamping anak hiperaktif ia juga kehilangan konsentrasi, dan biasanya juga  diimbangi  dengan  gangguan  pemahaman  bahasa  yang  teramat  dalam,  apa yang  tidak diketahui oleh anak hiperaktif divisualkan  lewat gambar-gambar, dan dengan  gambar-gambar  yang  berwarna,  anak  akan  jadi  lebih  tertarik  untuk  melihat  dan  memperhatikan  apa  yang  disampaikan,  disamping  itu  cara  yang termudah  untuk  menyampaikan  kepada  anak  supaya  mengerti  adalah  dengan menggunakan media visual (gambar). Hampir  semua  mata  pelajaran  dalam  membelajarkan  anak  hiperaktif dengan menggunakan media visual (gambar), terutama dalam mengenalkan suatu benda  atau  hal  lain  dalam  membimbing  anak  untuk  melakukan  sesuatu.
 Untuk  itu  sangat  penting  dalam  membelajarkan  anak  hiperaktif  dengan menggunakan  media  visual  (gambar-gambar),  karena  dengan  gambar-gambar itu anak lebih mudah belajar memahami segala sesuatu.


E.            Penggunaan Media Visual (Gambar) dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif
1.             Pelaksanaan Pembelajaran
Dari hasil penelitian Erianawati (2005) kurikulum  bagi  anak  hiperaktif  dititik beratkan pada pengembangan kemampuan dasar, yaitu :
a.  Kemampuan dasar kognitif          b.Kemampuan dasar bahasa/komunikasi
c.  Kemampuan dasar bina diri        d.  Sosialisasi
Apabila  kemampuan  dasar  tersebut  dapat  dicapai  oleh  anak  dengan mengacu  pada  kemampuan  anak  yang sebaya  dengan  usia  biologi/kalendernya, maka  kurikulum  dapat  ditingkatkan  pada  kemampuan  pra  akademik dan kemampuan akademik, meliputi kemampuan: membaca, menulis, dan matematika (berhitung). 
Dalam proses pembelajaran anak hiperaktif Erianawati (2005) menyebutkan kondisi ruangan yang dijadikan tempat berlangsungnya proses pembelajaran juga harus diperhatikan, guru harus menciptakan kondisi seefektif dan senyaman mungkin, ruangan  yang  digunakan tidak  terlalu  banyak  rangsangan  (alat-alat  belajar, penempatan atau  tata  ruang belajar dan penataan  struktur  ruang, ventilasi dan penerangan yang cukup).
Berdasarkan penelitian Erianawati (2005) dalam  membelajarkan  anak  hiperaktif    digunakan  sistem  pembelajaran lovaas one on one (pembelajaran satu guru satu murid) yang didasari oleh model perilaku  kondisioning  operant  (Operant  Conditioning)  dimana  efektifitas pengajaran berkaitan dengan kontrol  terhadap antecedent/perilaku yang  lalu dan konsekwensi. Yaitu dengan memberikan reinforcement yang positif sebagai kunci dalam  merubah  perilaku.  Sehingga  perilaku  yang  baik  dapat  terus  dilakukan, sedangkan  perilaku  buruk  dihilangkan  (melalui  time  out,  hukuman,  atau dengan kata “tidak”). Dalam teknisnya program loovas (Discrete Trial Training/DTT dari Lovaas) ini terdiri dari 4 bagian, yaitu: Stimuli dari guru agar anak berespons, respon anak, konsekwensi, dan berhenti sejenak dilanjutkan dengan perintah selanjutnya.
Sedangkan metode  yang  digunakan  dalam  pembelajaran  anak  hiperaktif adalah metode yang memberikan  gambaran  konkrit  tentang  “sesuatu”,  sehingga anak  dapat  menangkap  pesan,  informasi  dan  pengertian  tentang    “sesuatu” tersebut. Untuk  itu  sangat penting dalam membelajarkan  anak hiperaktif dengan menggunakan  media,  terutama  media  visual  (gambar),  karena  dengan  gambar- gambar itu anak lebih mudah belajar memahami.
Media  visual  (gambar)  itu  mencakup  gambar  benda,  gambar  warna, gambar bentuk, gambar huruf, gambar angka dan gambar kata kerja. Kegiatan pembelajaran anak hiperaktif dengan menggunakan media visual gambar, meliputi:

1)   Identifikasi Benda
Materi yang diajarkan adalah menunjuk dan menyebutkan  gambar. Media yang digunakan adalah foto dari berbagai benda, dan kartu gambar. Proses/Prosedur pembelajarannya dilakukan dengan identifikasi gambar, gambar  diletakkan  di  meja  di  depan  anak. Persiapkan  perhatian  dan  beri  perintah  “Tunjuk  …  (nama  benda gambar  tersebut)”.  Prompt  (bantuan/arahkan)  anak  untuk  menunjuk gambar  tersebut  dan  beri  reinforce  (beri  hadiah/pujian)  responsnya. Kurangi  sedikit  demi  sedikit  prompt  hingga  akhirnya  tanpa  promt sepanjang  percobaan  berikutnya  dan  berikan  reinforce  respons  yang benar saja. Selain Identifikasi gambar anak juga melabel gambar, duduk di kursi berhadapan dengan anak . persiapkan perhatian  dan  beri  sebuah  gambar.  Katakan  “Ini  apa?”  Prompt (bantuan/arahkan)  anak  untuk  melabel  (menyebutkan  nama  benda-benda)  gambar  tersebut  dan  beri  reinforce  (beri  hadiah/pujian) responsnya. Kurangi  sedikit  demi  sedikit  prompt  hingga  akhirnya tanpa  promt  sepanjang  percobaan  berikutnya  dan  berikan  reinforce respons yang benar saja.

2)   Mencocokkan (Matching)
Materi yang diajarkan adalah  mencocokkan gambar. Media  yang  digunakan  adalah  benda-benda  dan  gambar  yang  identik, kartu huruf, benda berwarna,   kartu angka, dan berbagai bentuk. Proses/Prosedur pembelajaran: letakkan  benda  (benda-benda)  pada meja  di  hadapan  anak. Beri  sebuah benda  yang  cocok/sesuai  dengan  salah  satu  benda  di  hadapan  anak    dan berikan  perintah  “Samakan”.  Prompt  (bantu)  anak  untuk  meletakkan benda yang diberikan di atas atau di depan benda yang cocok/sesuai, dan beri  reinforcer (hadiah/pujian).  Kurangi  sedikit  demi  sedikit  prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.

3)   Identifikasi warna
Materi  yang  diajarkan  adalah  mengidentifikasi  gambar-gambar  dan melabel (menyebutkan nama)  benda-benda dan gambar-gambar. Media yang digunakan adalah kertas warna dan benda-benda berwarna. Proses/Prosedur pembelajaran dengan identifikasi warna dengan cara meletakkan  bahan-bahan  berwarna  di  meja  di hadapan  anak.  Persiapkan  perhatian  dan  katakan  “Tunjuk …  (nama warna)”.  Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk  menunjuk  warna  yang benar  dan  reinforce  (beri  hadiah/pujian)  responsnya. Kurangi  sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja. Kemudian juga dilanjutkan dengan melabel warna, persiapkan perhatian  dan  perlihatkan  sebuah  benda  berwarna.  Katakan  “Warna apa  (ini)?”.  Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk melabel warna  yang dimaksud  dan  reinforce  (beri  hadiah/pujian)  responsnya.  Kurangi sedikit  demi  sedikit  prompt  hingga  akhirnya  tanpa  promt  sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.

4)        Identifikasi Bentuk
Materi yang diajarkan adalah identifikasi bentuk dan melabel bentuk. Media yang digunakan adalah  berbagai bentuk dan gambar. Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi bentuk, letakkan  sebuah  bentuk  (berbagai  bentuk)  pada meja  dihadapan  anak.  Persiapkan  perhatian  dan  katakan  “Tunjuk … (nama bentuk)”. Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menunjuk bentuk yang  benar  dan  reinforce  (beri  hadiah/pujian)  responsnya.  Kurangi sedikit  demi  sedikit  prompt  hingga  akhirnya  tanpa  promt  sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja. Selain identifikasi bentuk proses pembelajarannya dengan melabel bentuk, duduk dikursi  berhadapan  dengan  anak.  Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah bentuk. Katakan “Bentuk apa (ini)?”. Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk  melabel  bentuk  yang  dimaksud dan  reinforce  (beri  hadiah/pujian)  responsnya.  Kurangi  sedikit  demi sedikit  prompt  hingga  akhirnya  tanpa  prompt  sepanjang  percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.

5)        Identifikasi Huruf
Materi yang diajarkan adalah  identifikasi huruf dan melabel huruf. Media yang digunakan adalah kartu-kartu huruf. Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi huruf, letakkan huruf (-huruf) pada meja dihadapan anak. Persiapkan perhatian dan katakan “Tunjuk …  (nama huruf)”. Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menunjuk bentuk yang benar dan reinforce (beri  hadiah/pujian)  responsnya. Kurangi  sedikit demi  sedikit  prompt hingga  akhirnya  tanpa  promt  sepanjang  percobaan  berikutnya  dan berikan reinforce respons yang benar saja. Selain identifikasi bentuk proses pembelajarannya dengan melabel bentuk, duduk  dikursi  berhadapan  dengan  anak.  Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah bentuk. Katakan “Huruf apa  (ini)?”. Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk  melabel  bentuk  yang  dimaksud dan  reinforce  (beri  hadiah/pujian)  responsnya.  Kurangi  sedikit  demi sedikit  prompt  hingga  akhirnya  tanpa  promt  sepanjang  percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.

6)   Identifikasi Angka
Materi yang diajarkan adalah identifikasi angka dan melabel angka. Media yang akan digunakan adalah  kartu-kartu angka. Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi angka, letakkan  angka  (-angka)  pada  meja  dihadapan anak.  Persiapkan  perhatian  dan  katakan  “Tunjuk …  (nama  angka)”. Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk menunjuk  angka  yang  benar dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga  akhirnya  tanpa promt  sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja. Proses pembelajaran selanjutnya dengan melabel angka, duduk  dikursi  berhadapan  dengan  anak.  Persiapkan perhatian  dan  perlihatkan  sebuah  angka.  Katakan  “Angka  (ber)  apa (ini)?”.  Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk  melabel  angka  yang dimaksud  dan  reinforce  responsnya.  Kurangi  sedikit  demi  sedikit prompt hingga  akhirnya  tanpa promt  sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.

7)   Identifikasi Kata Kerja
Materi  yang  diajarkan  adalah  identifikasi  kata  kerja, melabel  kata  kerja dan menirukan gambar. Media yang digunakan adalah foto/Gambar aktivitas orang. Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi kata kerja, letakkan  gambar  aktivitas  orang  pada  meja dihadapan  anak.  Persiapkan  perhatian  dan  katakan  “Tunjuk  … (gambar  aktivitas  orang)”.  Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk menunjuk  gambar  yang  benar  dan  reinforce  (beri  hadiah/pujian) responsnya.  Kurangi  sedikit  demi  sedikit  prompt  hingga  akhirnya tanpa  promt  sepanjang  percobaan  berikutnya  dan  berikan  reinforce respons yang benar saja. Proses pembelajaran selanjutnya dengan melabel kata kerja, duduk  dikursi  berhadapan  dengan  anak. Persiapkan  perhatian  dan  perlihatkan  sebuah  gambar.  Katakan “Gambar  apa  (ini)?”.  Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk  melabel gambar yang dimaksud dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi  sedikit  demi  sedikit  prompt  hingga  akhirnya  tanpa  promt sepanjang  percobaan  berikutnya  dan  berikan  reinforce  respons  yang benar saja. Kemudian persiapkan perhatian  anak dan beri perintah  “Berdiri …  (perintahkan anak menirukan aktivitas dalam gambar). Prompt (bantu/arahkan) anak untuk  menirukan  aktivitas  seperti  dalam  gambar,  reinforce  (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya  tanpa  promt  sepanjang  percobaan  berikutnya  dan  berikan reinforce respons yang benar saja.
            Dari penjelasan di atas kegiatan pembelajaran anak hiperaktif diatas meliputi tujuh kegiatan, media  visual  (gambar)  yang digunakan berupa gambar  benda,  gambar  warna, gambar bentuk, gambar huruf, gambar angka dan gambar kata kerja. Semua yang digunakan berupa media visual. Untuk itu penggunaan media visual sangat penting dalam proses pembelajaran khususnya bagi anak hiperaktif untuk memudahkan para siswa dalam memperoleh ilmu sekaligus sebagai upaya untuk mengurangi kehiperaktifan mereka.










BAB III
PENUTUP

Kesimpulan  :
Mendapatkan pendidikan dan pengajaran adalah hak semua orang yang juga tercantum dalam tujuan negara Indonesia kita. Hal ini menunjukkan bahwa Anak-anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam makalah ini adalah anak hiperaktif juga harus mendapat pendidikan seperti halnya anak normal lainnya. Tetapi harus dilakukan dengan cara yang sesuai agar pendidikan dapat tercapai dan juga menjadi salah satu upaya penyembuhan, atau setidaknya dapat mengurangi kehiperaktifannya. Dalam proses pendidikan harus menggunakan media pembelajaran yang tepat, karena media pembelajaran dapat mengatasi permasalahan seperti batas ruang dan waktu. Penggunaan media yang paling banyak digunakan adalah media visual, dengan media visual anak lebih tertarik dan lebih mudah memahami segala sesuatu, guru juga lebih mudah menjalankan proses pembelajaran, khususnya dalam pendidikan anak hiperaktif sehingga media visual sangat diperlukan dan penting dalam setiap proses pendidikan.

Saran :
            Teknolog pendidikan harus mampu membuat dan mengembangkan media visual yang sesuai dengan setiap kebutuhan masyarakat, karena media visual sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Menjadi kewajiban kita bersama untuk membantu kemajuan pendidikan di Indonesia ini.

DAFTAR PUSTAKA

Tin Suharmini. (2005). Penanganan Anak Hiperaktif. Jakarta: Depdiknas
Sharon E. Smaldino. (2007). Instructional Technology and Media for Learning. New Jersey: Pearson Education
Yusufhadi Miarso. (2009). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Nana Sudjana dkk. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Jurnal Ilmiah Exacta Universitas Indraprata PGRI (2009)
Buku UUD 1945 (amandemen) tahun 2002
Erianawati. (2005). Penggunaan Media Visual untuk ABK, (online)
Diakses pada 8 April 2011 Pukul 19.17 WIB

Jamri Amrizal. (2011). Exceptional Student, (online).
Diakses pada 7 April 2011 Pukul 19:52 WIB


Gunansyah Priyatna. (2006). Mengenal Pengetahuan Tentang Anak Tunagrahita, (online).
http://www.gunansyah.web.id/4r/2006/09/20/mengenal-pengetahuan-tentang-media-pembelajaran-bagi-anak-tunagrahita/
Diakses pada 7 April 2011 Pukul 19:59 WIB

Nana RF. (2010). Special Need, (online).
http://catatannana.blogspot.com/2010/08/anak-berkebutuhan-khusus-special-need.html
Diakses pada 10 April 2011 Pukul 08.50WIB



1 komentar:

  1. Untung ada android banyak kelebihannya. Namun ada banyak juga efek negatifnya, harus di awasi.

    BalasHapus