Persoalan yang dianggap urgen dari kehidupan mahasiswa adalah ketika mereka harus menghadapi globalisasi yang ditandai dengan tuntutan demokratisasi dan persaingan. Demokrasi menjadi salah satu tuntutan masyarakat dunia, sebab demokrasi dianggap sebagai suatu sistem pemerintahan rasional terbaik. Tuntutan terhadap demokratisasi di Indonesia juga semakin menguat semenjak reformasi. Tuntutan kebebasan berpendapat, penegakan hukum, perlindungan terhadap HAM, keterbukaan, merupakan indikator dari demokrasi. Oleh karena pemimpin, dituntut untuk lebih memahami, dan sekaligus menjalankan prinsip dan nilai-nilai demokrasi.
Meskipun
gerakan reformasi tahun 1998 dipelopori oleh mahasiswa, belum semua mahasiswa
paham tentang demokrasi. Berbagai konflik antar mereka pada saat pemilihan
pimpinan organisasi, demontrasi yang berujung pada tindakan yang anarkis
mengindikasikan bahwa belum semua mahasiswa paham tentang demokrasi.
Berdasarkan pada kondisi tersebut, salah satu program pendidikan yang
dikembangkan di Indonesia adalah pendidikan karakter yang diharapkan dapat
membangun karakter calon pemimpin bangsa.
Selama
ini perguruan tinggi di mata masyarakat dipandang sebagai organisasi yang
dinilai sudah mengangkat nilai-nilai demokratis. Tampak dari berbagai macam
aksi mahasiswa yang seolah-olah menyuarakan amanat rakyat. Kalau kita melihat
dari perspektif keaktifan mahasiswa ditataran masyarakat memang terlihat betapa
demokratisnya dunia perguruan tinggi. Di mata sejarah pun, area perguruan
tinggi sangat erat kaitanya dengan pemerdekaan negara ini dari kaum otoriter.
Sehingga tidak salah jika perguruan tinggi layak disebut sebagai “benteng
demokrasi”. Perguruan Tinggi sebagai sebuah institusi independen yang merupakan
tempat bagi pendidikan para kaum intelektual, kiranya bisa juga dikatakan
sebagai sebuah miniatur negara. Sebuah negara dengan rektor sebagai pemimpin
tertinggi atau presidennya, serta dosen, mahasiswa dan karyawan sebagai warga
negaranya.
Namun sayang
sekali pada tahap pelaksanaan demokrasi itu masih banyak penyimpangan yang
terjadi, misalnya saja pada perhelatan demokrasi politik kampus yang juga
rentan dengan kecurangan-kecurangan. Misalnya, saat
pemilihan umum ada politik uang, begitu juga halnya dengan kampus. Semuanya,
ibarat cermin. Apa yang terjadi di politik negara ini, juga terjadi di kampus.
Tidak hanya itu, mahasiswa sebagai “rakyat” di Perguruan Tinggi kerap tidak
diperhatikan hak suaranya dan cenderung hanya bisa menerima siapa pun yang
nantinya akan menjadi rektor, meskipun ada debat terbuka calon rektor yang
disaksikan oleh mahasiswa, adanya debat terbuka calon rektor masih belum cukup
dijadikan sebagai tolak ukur demokratisasi di kampus. Proses demokratisasi di
kampus baru terwujud ketika mahasiswa benar-benar bisa menggunakan hak suaranya
dan memilih rektornya sendiri, sesuai dengan mekanisme yang telah diatur dan disepakati.
Bagaimanapun
juga, mahasiswa berhak untuk memilih rektor sesuai dengan aspirasi mahasiswa.
Toh nantinya setiap kebijakan yang dikeluarkan rektor juga akan berdampak pada
mahasiswa. Meskipun pemilihan langsung rektor bisa dikatakan sebagai tolak ukur
demokratisasi di kampus oleh semua civitas kampus, namun perlu dipikirkan
adanya sistem pemilihan yang sehat dan benar-benar ampu menjadi ajang
pelaksanaan demokrasi yang kondusif dan benar-benar demokratis serta bebas dari
praktik-praktik kecurangan. Sehingga proses pemilihan rektor secara langsung
dapat menjadi pembelajaran demokrasi yang nyata bagi semua civitas kampus (http://politik.kompasiana.com/2011/01/28/demokrasi-di-kampus/).
Proses
demokrasi di Indonesia dinilai mulai bergeser mengarah ke anarkisme, salah
satunya ditandai oleh maraknya demonstrasi yang terjadi dengan brutal yang dilakukan
oleh mahasiswa, mereka menganggap tidak ada cara lain untuk menyampaikan
pendapat agar didengar oleh pemimpin mereka, memang pemerintah harusnya lebih
peka terhadap aspirasi dari para mahasiswa supaya demonstrasi yang merugikan
banyak pihak dapat di hindari.
Untuk
memulai suatu pergerakan, tentunya mahasiswa harus membentuk golongan yang
benar-benar mengerti tentang peran mahasiswa dalam membangun Pemerintah yang
demokratis. Kemudian memahami aspek-aspek penting dalam berinteraksi sosial
dalam masyarakat dalam sudut padang ekonomi menyeluruh. Yang kemudian mencari
nilai-nilai sejauh mana pemerintah memberikan pelayanan terhadap rakyatnya.
Serta mengkrucutkan ragam bentuk keinginan suara hati rakyat suatu bangsa yang
dalam bentuk satu misi dan visi
memperjuangkan rakyat dalam kaitan membangun pemerintah yang demokratis bagi
rakyatnya. Mahasiswa sebagai pemuda
bangsa yang nantinya akan kembali ke masyarakat juga tentu harus mampu dan bisa
memberikan pengaruh yang baik untuk setiap kelompok dan golongan masyarakt
untuk tetap bersatu. Dan Bernaung dalam satu atap bangsa ini.
Kontribusi
Perguruan Tinggi dalam Membangun Demokrasi untuk Calon Pemimpin Bangsa
Mahasiswa sebuah estetika gairah muda yang bergelora dan tidak semua
pemuda dapat meraihnya. Mahasiswa telah ditakdirkan untuk berjibaku dengan
masalah dan tantangan hidup yang diwariskan oleh generasi sebelumnya.
Tantangan yang ada bukanlah pilihan, namun ini menjadi fardu bagi mereka yang
mengerti akan arti sebuah perjuangan untuk terus memberikan yang terbaik bagi
bangsa ini.
Akan timbul pertanyaan, bagaimana suasana demokratis itu sampai terbentuk?
Di sini kita akan memandang satu aspek saja dari problematik yang luas ini
dengan mengedepankan kontribusi yang dapat diberikan perguruan tinggi dalam
membangun demokrasi bagi calon pemimpin bangsa. Jika kita menyaksikan kenyataan
konkret, kebanyakan pemimpin politik - presiden, menteri, bupati, wali kota,
sampai dengan pimpinan partai - pernah mengenyam pendidikan tinggi. Dalam hal
ini maksudnya tidak boleh salah dimengerti. Tidak dimaksudkan bahwa sebaiknya
pemimpin politik memiliki ijazah perguruan tinggi, apalagi bahwa pendidikan
tinggi harus menjadi syarat mutlak bagi calon pemimpin politik. Sebaiknya
rakyat sendiri menilai kecocokan seorang calon. Tidak perlu ditentukan
syarat-syarat hebat dulu.
Sejarah menunjukkan bahwa banyak pemimpin politik yang besar langsung
muncul dari tengah rakyat. Misalnya, Lech Walesa, pemimpin gerakan solidaritas
yang akhirnya berhasil menjatuhkan pemerintah komunis Polandia dan menjadi
presiden Polandia demokratis yang pertama. Konon, dia adalah montir listrik
yang barangkali tidak pernah menginjak kaki di perguruan tinggi mana pun.
Tetapi ternyata ia memiliki bakat kepemimpinan yang besar. Namun, pada
kenyataannya kebanyakan pemimpin politik meniti kariernya setelah memperoleh
bekal intelektual dari perguruan tinggi. Mestinya di sana mereka belajar juga
bersikap dan bertindak demokratis ( Bertens, 2009:128).
Hampir di setiap perguruan tinggi pasti ada organisasi kemahasiswan, sebagai
wahana untuk mengatualisasikan kreatifitas dan potensi mahasiswa. Berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:
155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi,
pada Pasal 3 (1) dijelaskan bahwa di setiap perguruan tinggi terdapat satu
organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi yang menaungi semua aktivitas
kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswa intra ini dibentuk pada tingkat perguruan
tinggi, fakultas, dan jurusan.
Diantara fungsi organisasi tersebut, fungsi pengembangan keterampilan
organisasi dan kepemimpinan mahasiswa merupakan hal yang penting. Hal ini
disebabkan mahasiswa, selain calon ilmuwan, juga calon pemimpin bangsa di masa
depan. Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang nanti diharapkan
sebagai pemimpin.
Pendidikan tinggi mempunyai tradisi yang panjang sekali. Dan jelas sekali
selama riwayat yang panjang itu, perguruan tinggi mengikuti segala liku-liku
perkembangan sosio-budaya dari zamannya. Kini perguruan tinggi harus dijiwai
suasana demokratis, sebab itulah kondisi sosial-budaya yang dominan pada zaman
kita.
Peran perguruan tinggi sangatlah diharapkan. Perguruan tinggi harus
menjalankan tri darmanya, untuk mewujudkan generasi pemimpin masa mendatang
yang cerdas dan bermoral. Aspek pertama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan
wujud bakti perguruan tinggi untuk bangsa. Sebagai tempat pendidikan dan
pembentukan moral anak bangsa , perguruan tinggi dituntut komitmennya untuk
memberikan sumbangan terhadap pembangunan manusia yang berkelanjutan. Aspek
kedua , adalah penelitian. Penelitian dilakukan setelah seorang mahasiswa
mendapatkan pendidikan yang dirasa cukup, maka mereka dapat mengembangkan
penelitian yang bertujuan menghasilkan suatu bentuk referensi ilmiah yang baru
dan bermanfaat. Terakhir, bakti perguruan tinggi adalah bagaimana ilmu yang
telah didapatkan dari pendidikan dan penelitian tersebut dapat disumbangkan kepada
masyarakat. Artinya apa yang dikembangkan dalam kehidupan kampus memiliki
hubungan dengan sistem yang berada di luarnya. Perguruan tinggi memiliki
tanggung jawab sosial terhadap pengembangan kehidupan yang lebih baik, secara
langsung wakil – wakil perguruan tinggi inilah (sebut saja mahasiswa) yang
wajib menyampaikan produk pendidikan mereka ke masyarakat luas.
Peran kampus dalam membentuk manusia yang berkualitas tidaklah lebih baik
dari kesadaran mahasiswa itu sendiri akan peran penting mereka. Mahasiswa yang
paham benar peranan mereka akan selalu memanfaatkan waktunya untuk terus
mengasah kepiawaiannya dalam hal akademik maupun nonakademik. Begitu banyak
peran bagi mahasiswa, peran tersebut dapat kita hubungkan dengan tanggung jawab
sosial mereka sebagai agent of social change. Peran mahasiswa yaitu
peran moral, peran sosial, peran akademik dan peran politik. Peran-peran inilah
yang harus mereka lakoni untuk keseimbangan dalam diri mereka. tidak semua
orang dapat melakukan semua peran ini dengan maksimal, namun bukan berarti
tidak dapat dilakukan. Keempat peran tersebut hanya dapat dilakukan untuk
mereka yang memiliki niatan yang ikhlas untuk membawa bangsa ini ke jalur yang semestinya.
Jalur bagi negara-negara maju yang terus bersaing. Mahasiswa dapat memainkan
peran-peran dan tanggung jawab tersebut untuk membenahi tekstur kehidupan
bangsa mulai dari level bawah. Hal yang sangat krusial dalam kehidupan bangsa
adalah bagaimana masyarakat bawah dapat dikomandoi untuk melakukan dan
membiasakan diri dengan sistem yang benar.
Peran kampus sangat penting dan strategis dalam
proses pengembangan budaya demokrasi di kalangan mahasiswa. Proses pembelajaran
dalam demokrasi menanamkan kesadaran: demokrasi adalah bentuk kehidupan
masyarakat yang menjamin hak-hak warga masyarakat. Sejarah membuktikan,
mahasiswa adalah tulang punggung gerakan reformasi. Ketulusan, semangat dan
keberpihakan pada nasib rakyat membuat mahasiswa menjadi agen perubahan yang
selalu diperhitungkan. Selain itu, upaya kampus mengembangkan demokrasi
menjadikan mahasiswa memiliki kecakapan partisipatif dan tanggung jawab dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Misalnya, program pembelajaran yang secara
programatik dapat memandu proses pengembangan cita-cita dan prinsip demokrasi
dalam diri mahasiwa. Karena itu, kampus mesti merancang pembelajaran yang
secara konseptual menjadi wahana pendidikan demokrasi untuk membangun
masyarakat demokratis dan sosialis.
Jika perguruan tinggi berhasil mewujudkan suatu suasana demokratis dalam
menjalankan misinya di bidang pendidikan, mereka akan memberi kontribusi besar
dalam pemimpin yang berjiwa demokratis untuk masa depan dan tentunya menjadi
harapan banga kita ke arah yang lebih baik.
Kesimpulan
Demokrasi diartikan
sebagai pemerintahan atau kekuasaan dri rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Istilah demokrasi ini memberikan posisi penting bagi rakyat sebab dengan
demokrasi, hak-hak rakyat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi Negara. Perguruan
Tinggi memiliki peran yang penting dalam mewujudkan demokrasi di bangsa ini
karena di kampuslah calon-calon pemimpin bangsa akan lahir.
Saran
Kelompok kami berharap agar semua
mahasiswa di Indonesia dapat turut serta berpartisipasi mewujudkan demokrasi
dengan perubahan dari diri masing-masing mahasiswa terlebih dahulu sehingga
dapat bahu membahu mewujudkan demokrasi yang sesungguhnya di bangsa kita
dibantu dengan peran kampus yang akan selalu mendukung terwujudnya demokrasi di
saat ini dan yang akan datang.
0 komentar:
Posting Komentar