Senin, 31 Desember 2012

Kontribusi Perguruan Tinggi Membangun Demokrasi untuk Calon Pemimpin Bangsa



Persoalan yang dianggap urgen dari kehidupan mahasiswa adalah ketika mereka harus menghadapi globalisasi yang ditandai dengan tuntutan demokratisasi dan persaingan. Demokrasi menjadi salah satu tuntutan masyarakat dunia, sebab demokrasi dianggap sebagai suatu sistem pemerintahan rasional terbaik. Tuntutan terhadap demokratisasi di Indonesia juga semakin menguat semenjak reformasi. Tuntutan kebebasan berpendapat, penegakan hukum, perlindungan terhadap HAM, keterbukaan, merupakan indikator dari demokrasi. Oleh karena pemimpin, dituntut untuk lebih memahami, dan sekaligus menjalankan prinsip dan nilai-nilai demokrasi.
Meskipun gerakan reformasi tahun 1998 dipelopori oleh mahasiswa, belum semua mahasiswa paham tentang demokrasi. Berbagai konflik antar mereka pada saat pemilihan pimpinan organisasi, demontrasi yang berujung pada tindakan yang anarkis mengindikasikan bahwa belum semua mahasiswa paham tentang demokrasi. Berdasarkan pada kondisi tersebut, salah satu program pendidikan yang dikembangkan di Indonesia adalah pendidikan karakter yang diharapkan dapat membangun karakter calon pemimpin bangsa.
Selama ini perguruan tinggi di mata masyarakat dipandang sebagai organisasi yang dinilai sudah mengangkat nilai-nilai demokratis. Tampak dari berbagai macam aksi mahasiswa yang seolah-olah menyuarakan amanat rakyat. Kalau kita melihat dari perspektif keaktifan mahasiswa ditataran masyarakat memang terlihat betapa demokratisnya dunia perguruan tinggi. Di mata sejarah pun, area perguruan tinggi sangat erat kaitanya dengan pemerdekaan negara ini dari kaum otoriter. Sehingga tidak salah jika perguruan tinggi layak disebut sebagai “benteng demokrasi”. Perguruan Tinggi sebagai sebuah institusi independen yang merupakan tempat bagi pendidikan para kaum intelektual, kiranya bisa juga dikatakan sebagai sebuah miniatur negara. Sebuah negara dengan rektor sebagai pemimpin tertinggi atau presidennya, serta dosen, mahasiswa dan karyawan sebagai warga negaranya.
Namun sayang sekali pada tahap pelaksanaan demokrasi itu masih banyak penyimpangan yang terjadi, misalnya saja pada perhelatan demokrasi politik kampus yang juga rentan dengan kecurangan-kecurangan. Misalnya, saat pemilihan umum ada politik uang, begitu juga halnya dengan kampus. Semuanya, ibarat cermin. Apa yang terjadi di politik negara ini, juga terjadi di kampus. Tidak hanya itu, mahasiswa sebagai “rakyat” di Perguruan Tinggi kerap tidak diperhatikan hak suaranya dan cenderung hanya bisa menerima siapa pun yang nantinya akan menjadi rektor, meskipun ada debat terbuka calon rektor yang disaksikan oleh mahasiswa, adanya debat terbuka calon rektor masih belum cukup dijadikan sebagai tolak ukur demokratisasi di kampus. Proses demokratisasi di kampus baru terwujud ketika mahasiswa benar-benar bisa menggunakan hak suaranya dan memilih rektornya sendiri, sesuai dengan mekanisme yang telah diatur dan disepakati.
Bagaimanapun juga, mahasiswa berhak untuk memilih rektor sesuai dengan aspirasi mahasiswa. Toh nantinya setiap kebijakan yang dikeluarkan rektor juga akan berdampak pada mahasiswa. Meskipun pemilihan langsung rektor bisa dikatakan sebagai tolak ukur demokratisasi di kampus oleh semua civitas kampus, namun perlu dipikirkan adanya sistem pemilihan yang sehat dan benar-benar ampu menjadi ajang pelaksanaan demokrasi yang kondusif dan benar-benar demokratis serta bebas dari praktik-praktik kecurangan. Sehingga proses pemilihan rektor secara langsung dapat menjadi pembelajaran demokrasi yang nyata bagi semua civitas kampus (http://politik.kompasiana.com/2011/01/28/demokrasi-di-kampus/).
Proses demokrasi di Indonesia dinilai mulai bergeser mengarah ke anarkisme, salah satunya ditandai oleh maraknya demonstrasi yang terjadi dengan brutal yang dilakukan oleh mahasiswa, mereka menganggap tidak ada cara lain untuk menyampaikan pendapat agar didengar oleh pemimpin mereka, memang pemerintah harusnya lebih peka terhadap aspirasi dari para mahasiswa supaya demonstrasi yang merugikan banyak pihak dapat di hindari.
Untuk memulai suatu pergerakan, tentunya mahasiswa harus membentuk golongan yang benar-benar mengerti tentang peran mahasiswa dalam membangun Pemerintah yang demokratis. Kemudian memahami aspek-aspek penting dalam berinteraksi sosial dalam masyarakat dalam sudut padang ekonomi menyeluruh. Yang kemudian mencari nilai-nilai sejauh mana pemerintah memberikan pelayanan terhadap rakyatnya. Serta mengkrucutkan ragam bentuk keinginan suara hati rakyat suatu bangsa yang dalam bentuk  satu misi dan visi memperjuangkan rakyat dalam kaitan membangun pemerintah yang demokratis bagi rakyatnya. Mahasiswa  sebagai pemuda bangsa yang nantinya akan kembali ke masyarakat juga tentu harus mampu dan bisa memberikan pengaruh yang baik untuk setiap kelompok dan golongan masyarakt untuk tetap bersatu. Dan Bernaung dalam satu atap bangsa ini.

 Kontribusi Perguruan Tinggi dalam Membangun Demokrasi untuk Calon Pemimpin Bangsa
Mahasiswa sebuah estetika gairah muda yang bergelora dan tidak  semua pemuda dapat meraihnya. Mahasiswa telah ditakdirkan untuk berjibaku dengan masalah dan tantangan hidup yang diwariskan oleh generasi sebelumnya.  Tantangan yang ada bukanlah pilihan, namun ini menjadi fardu bagi mereka yang mengerti akan arti sebuah perjuangan untuk terus memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.
Akan timbul pertanyaan, bagaimana suasana demokratis itu sampai terbentuk? Di sini kita akan memandang satu aspek saja dari problematik yang luas ini dengan mengedepankan kontribusi yang dapat diberikan perguruan tinggi dalam membangun demokrasi bagi calon pemimpin bangsa. Jika kita menyaksikan kenyataan konkret, kebanyakan pemimpin politik - presiden, menteri, bupati, wali kota, sampai dengan pimpinan partai - pernah mengenyam pendidikan tinggi. Dalam hal ini maksudnya tidak boleh salah dimengerti. Tidak dimaksudkan bahwa sebaiknya pemimpin politik memiliki ijazah perguruan tinggi, apalagi bahwa pendidikan tinggi harus menjadi syarat mutlak bagi calon pemimpin politik. Sebaiknya rakyat sendiri menilai kecocokan seorang calon. Tidak perlu ditentukan syarat-syarat hebat dulu.
Sejarah menunjukkan bahwa banyak pemimpin politik yang besar langsung muncul dari tengah rakyat. Misalnya, Lech Walesa, pemimpin gerakan solidaritas yang akhirnya berhasil menjatuhkan pemerintah komunis Polandia dan menjadi presiden Polandia demokratis yang pertama. Konon, dia adalah montir listrik yang barangkali tidak pernah menginjak kaki di perguruan tinggi mana pun. Tetapi ternyata ia memiliki bakat kepemimpinan yang besar. Namun, pada kenyataannya kebanyakan pemimpin politik meniti kariernya setelah memperoleh bekal intelektual dari perguruan tinggi. Mestinya di sana mereka belajar juga bersikap dan bertindak demokratis ( Bertens, 2009:128).
Hampir di setiap perguruan tinggi pasti ada organisasi kemahasiswan, sebagai wahana untuk mengatualisasikan kreatifitas dan potensi mahasiswa. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, pada Pasal 3 (1) dijelaskan bahwa di setiap perguruan tinggi terdapat satu organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi yang menaungi semua aktivitas kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswa intra ini dibentuk pada tingkat perguruan tinggi, fakultas, dan jurusan.
Diantara fungsi organisasi tersebut, fungsi pengembangan keterampilan organisasi dan kepemimpinan mahasiswa merupakan hal yang penting. Hal ini disebabkan mahasiswa, selain calon ilmuwan, juga calon pemimpin bangsa di masa depan. Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang nanti diharapkan sebagai pemimpin.
Pendidikan tinggi mempunyai tradisi yang panjang sekali. Dan jelas sekali selama riwayat yang panjang itu, perguruan tinggi mengikuti segala liku-liku perkembangan sosio-budaya dari zamannya. Kini perguruan tinggi harus dijiwai suasana demokratis, sebab itulah kondisi sosial-budaya yang dominan pada zaman kita.
Peran perguruan tinggi sangatlah diharapkan. Perguruan tinggi harus menjalankan tri darmanya, untuk mewujudkan generasi pemimpin masa mendatang yang cerdas dan bermoral. Aspek pertama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan wujud bakti perguruan tinggi untuk bangsa. Sebagai tempat pendidikan dan pembentukan moral anak bangsa , perguruan tinggi dituntut komitmennya untuk memberikan sumbangan terhadap pembangunan manusia yang berkelanjutan. Aspek kedua , adalah penelitian. Penelitian dilakukan setelah seorang mahasiswa mendapatkan pendidikan yang dirasa cukup, maka mereka dapat mengembangkan penelitian yang bertujuan menghasilkan suatu bentuk referensi ilmiah yang baru dan bermanfaat. Terakhir, bakti perguruan tinggi adalah bagaimana ilmu yang telah didapatkan dari pendidikan dan penelitian tersebut dapat disumbangkan kepada masyarakat. Artinya apa yang dikembangkan dalam kehidupan kampus memiliki hubungan dengan sistem yang berada di luarnya. Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab sosial terhadap pengembangan kehidupan yang lebih baik, secara langsung wakil – wakil perguruan tinggi inilah (sebut saja mahasiswa) yang wajib menyampaikan produk pendidikan mereka ke masyarakat luas.
Peran kampus dalam membentuk manusia yang berkualitas tidaklah lebih baik dari kesadaran mahasiswa itu sendiri akan peran penting mereka. Mahasiswa yang paham benar peranan mereka akan selalu memanfaatkan waktunya untuk terus mengasah kepiawaiannya dalam hal akademik maupun nonakademik. Begitu banyak peran bagi mahasiswa, peran tersebut dapat kita hubungkan dengan tanggung jawab sosial mereka sebagai agent of social change. Peran mahasiswa yaitu peran moral, peran sosial, peran akademik dan peran politik. Peran-peran inilah yang harus mereka lakoni untuk keseimbangan dalam diri mereka. tidak semua orang dapat melakukan semua peran ini dengan maksimal, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan. Keempat peran tersebut hanya dapat dilakukan untuk mereka yang memiliki niatan yang ikhlas untuk membawa bangsa ini ke jalur yang semestinya. Jalur bagi negara-negara maju yang terus bersaing. Mahasiswa dapat memainkan peran-peran dan tanggung jawab tersebut untuk membenahi tekstur kehidupan bangsa mulai dari level bawah. Hal yang sangat krusial dalam kehidupan bangsa adalah bagaimana masyarakat bawah dapat dikomandoi untuk melakukan dan membiasakan diri dengan sistem yang benar.
Peran kampus sangat penting dan strategis dalam proses pengembangan budaya demokrasi di kalangan mahasiswa. Proses pembelajaran dalam demokrasi menanamkan kesadaran: demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang menjamin hak-hak warga masyarakat. Sejarah membuktikan, mahasiswa adalah tulang punggung gerakan reformasi. Ketulusan, semangat dan keberpihakan pada nasib rakyat membuat mahasiswa menjadi agen perubahan yang selalu diperhitungkan. Selain itu, upaya kampus mengembangkan demokrasi menjadikan mahasiswa memiliki kecakapan partisipatif dan tanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Misalnya, program pembelajaran yang secara programatik dapat memandu proses pengembangan cita-cita dan prinsip demokrasi dalam diri mahasiwa. Karena itu, kampus mesti merancang pembelajaran yang secara konseptual menjadi wahana pendidikan demokrasi untuk membangun masyarakat demokratis dan sosialis.
Jika perguruan tinggi berhasil mewujudkan suatu suasana demokratis dalam menjalankan misinya di bidang pendidikan, mereka akan memberi kontribusi besar dalam pemimpin yang berjiwa demokratis untuk masa depan dan tentunya menjadi harapan banga kita ke arah yang lebih baik.

Kesimpulan
Demokrasi diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dri rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Istilah demokrasi ini memberikan posisi penting bagi rakyat sebab dengan demokrasi, hak-hak rakyat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi Negara. Perguruan Tinggi memiliki peran yang penting dalam mewujudkan demokrasi di bangsa ini karena di kampuslah calon-calon pemimpin bangsa akan lahir.

 Saran
Kelompok kami berharap agar semua mahasiswa di Indonesia dapat turut serta berpartisipasi mewujudkan demokrasi dengan perubahan dari diri masing-masing mahasiswa terlebih dahulu sehingga dapat bahu membahu mewujudkan demokrasi yang sesungguhnya di bangsa kita dibantu dengan peran kampus yang akan selalu mendukung terwujudnya demokrasi di saat ini dan yang akan datang. 

0 komentar:

Posting Komentar