Penerapan
Teori Kerja Otak (Neuroscience) Dalam
Pembelajaran
Otak
manusia anugerah luar biasa. Albert Einstein adalah orang yang mampu
memaksimalkan fungsi otak kanan dan kiri dengan optimal. Sukses ilmuwan bukan
saja hanya mengandalkan rasional, logika, dan kerja maksimal otak kiri mereka.
Tapi otak kanan jua berandil banyak dalam besar dan suksesnya mereka.
Selama ini kita beranggapan bahwa otak
kiri adalah otak yang bersifat logika, dan otak kanan berkaitan erat dengan
kreativitas. Hasil penelitian terakhir membuktikan bahwa pandangan ini salah.
Otak kiri dapat menjadi otak yang kreatif. Hal ini dibukttikan dengan hasil
karya Dr. Edward De bono yang mencetuskan Lateral Thinking (Berfikir Lateral)
pada tahun 1970.
Pandangan
umum lainnya yang ada di masyarakat kita, yaitu musisi atau seniman adalah
orang yang dominan menggunakan otak kanannya, ternyata juga kurang
tepat. Seniman atau pelukis dalam melakukan kegiatan melukis ternyata juga
banyak melibatkan otak kiri mereka. Memang benar bahwa ide-ide kreatif mereka
berasal dari otak kanan, tapi dalam memilih warna, melukis bentuk gambar yang
simetris, mencampur warna, dan memilih bahan baku lainnya, ternyata mereka
mengikuti suatu urutan logika di mana itu semua merupakan kegiatan otak kiri.
Hasil
penelitian terakhir dengan menggunakan teknologi pemindai PET (positron emission tomography)
menunjukkan bahwa bila seseorang merasa tertekan atau stres, maka yang akan
lebih aktif adalah otak kanannya. Sedangkan bila seseorang merasa gembira dan optimis
akan masa depan dan hidupnya, maka otak kiri akan lebih aktif.
Jika
para siswa diajari cara efektif untuk memproses perasaan atau kejadian-kejadian
yang negative, maka waktu belajarnya akan dapat dioptimalkan. Optimisme akan
timbul bila kita menguasai cara penyelesaian masalah dan juga bila kita
mengalami suatu rasa diterima dan dicintai. Oleh sebab itu, gunakan dan ajarkan
teknik visualisasi dan penetapan tujuan (goal-setting),
scenario penyelesaian masalah, studi kasus, dan mengerjakan latihan yang
membutuhkn pemikiran logis, brain-storming,
dan mind-mapping (pemetaan
pikiran).
Jika
dilihat dari sisi pendidikan, kebanyakan sistem pendidikan di dunia lebih
menjurus kepada aliran pemikiran otak kiri. Para pelajar di seluruh dunia
dilatih untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan berdasarkan logika,
rasional. Ringkasnya, corak pemikiran otak kiri imaginasi menyokong logik dan rasional, sedangkan dalam gaya pemikiran otak kanan, logik dan rasional
akan menyokong imaginasi. Para pelajar tidak bebas berfikir dan
tidak mampu dan tidak berani melahirkan ide-ide baru apalagi ide-ide yang amat
bertentangan oleh individu-individu yang berfikiran konvensional.
Prestasi
belajar di sekolah peserta didik sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum yang
diukur oleh IQ, IQ yang tinggi
meramalkan sukses terhadap prestasi belajar. Namun IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin sukses di masyarakat.
Pada permulaan tahun sembilan puluhan berbagai penelitian menunjukkan bahwa
diinspirasi oleh berbagai psikolog humanis seperti Maslow, Rollo May, Carl
Rogers yang sangat memperhatikan segi-segi subyektif (perasaan) dalam
perkembangan psikolog, eksplorasi tentang emosi telah menunjuk pada
sumber-sumber emosi. Ternyata bahwa emosi selain mengandung perasaan yang
dihayati seseorang, juga mengandung kemampuan mengetahui (menyadari) tentang
perasaan yang dihayati dan kemampuan bertindak terhadap perasaan itu. Bahkan
pada hakekatnya emosi itu adalah impuls untuk bertindak.
Goleman
menyatakan bahwa selain rational mind, seorang memiliki emotional main yang
masing-masing diukur oleh IQ dan EQ dan bersumber masing-masing dari head dan
heart. Kedua kehidupan mental tersebut, meskipun berfungsi dengan cara-caranya
sendiri, bekerja secara sinergis dan harmonis.
Proses pembelajaran sangat terkait dengan kerja otak
kanan dan kiri. Cara yang sangat baik untuk menghormati keunikan otak dan
perbedaan anak adalah dengan mempertimbangkan
gaya pembelajaran. Ada banyak gaya pembelajaran yang tersedia sekarang
ini. Masing-masing memiliki poin-poin yang kuat. Semuanya memiliki perbedaan
dari hal proses input, filter kognitif, pemrosesan, dan gaya respon. Seluruh
pemikiran tentang gaya pembelajaran menjadi tidak relevan ketika kita
mempertimbangkan tentang seberapa banyak perbedaan yang berkembang dalam otak.
Setiap otak manusia berkembang secara
unik. Bahkan otak dari orang kembar identik pun berbeda. Hal yang paling
menakjubkan adalah bahwa kita semua secara virtual memiliki DNA yang sama dalam
kurang lebih 99.5% bagian tubuh kita. Akan tetapi, angka 0.5% yang unik membuat
kita menjadi berbeda. Salah satu sasaran dari lingkungan pembelajaran yang
berbasis kemampuan otak adalah untuk mengenali fakta ini dan
memperhitungkannya. Kita dapat melakukan ini dengan cara:
1. Menghormati
dan mendukung perbedaan yang ada diantara para pembelajar.
2. Memperhatikan
karakteristik gaya pembelajaran
Otak manusia tidak memiliki preferensi atau “gaya
pembelajaran” tunggal. Kita jauh lebih kompleks daripada ini. Apa yang
barangkali lebih instruktif daripada masalah mempertimbangkan model-model gaya
pembelajaran individual adalah mempertimbangkan beberapa karakteristik umum
dari semua model tersebut.
Empat kategori berikut
ini mencakup pandangan realistik dan global terhadap gaya pembelajaran yang
dapat digunakan pada rancangan pembalajaran apapun :
1. Konteks
Keadaan
yang melingkupi pembelajaran memberikan petunjuk-petunjuk yang penting tentang
apa yang akan terjadi selama pembelajaran. Misalnya, bagaimana perasaan para
pembelajar tentang lingkungan pembelajaran, kondisi sosial dan tingkat
kesulitan kontennya?
2. Input
Para
pembelajar menuntut adanya sensori input untuk terjadinya pembelajaran apapun.
Oleh karena kita mempunyai lima indra, maka input ini bisa berupa visual,
audio, kenestetik, penciuman, dan perasa.
Pada
suatu waktu seorang pembelajar mungkin lebih memilih input eksternal (yang berasal dari sumber dari luar) dan pada waktu
berikutnya akan lebih memilih input internal (yang diciptakan dalam pikiran)
Robert
Samples, pengarang buku Open Mind/Whole
Mind(1987) mangatakan bahwa pengindraan tambahan kita yang meliputi vestibular(gerakan berulang), magnetik(orientasi feromagnetik), ionik(pengisian elektrostatik
atmospheric), geogravimetrik(merasakan
perbedaan massa), dan proksimal(kedekatan fisik).
3. Pemrosesan
Tahap
dimana para pembelajar memanipulasi data yang dikumpulkan melalui indra, baik
yang didapat dari lingkungan yang bersifat global maupun analitis,konkret
maupun abstrak, serta multi-tugas maupun tugas-tunggal.
4. Respons
Saat
para pembelajar mulai memproses informasi, respon mereka secara intuitif
didasarkan pada sejumlah faktor, seperti waktu, penilaian risiko, poin
referensi internal atau eksternal, dan kekhasan personal
Selain
memperhatikan empat kategori pembelajaran di atas, juga bisa dilihat dari
variable-variabel konteks yaitu:
a)
Tergantung pada
lingkungan
Pembelajaran
disampaikan di dalam alam seperti kunjungan lapangan, eksperimen, dan
situasi-situasi nyata. Pelajar seperti ini, mungkin merujuk pada “pintar di
jalan”. Mereka suka menyerap lingkungannya dengan berinteraksi dengannya,
beroksplorasi, menyentuh, dan mengobservasi.
b)
Tidak Tergantung
Lingkungan
Pembelajar
gaya ini dapat menemukan makna dalam konteks-konteks “artifisial”. Mereka cukup
mampu balajar dengan komputer, buku bacaan, video, tape dan buku-buku lainnya.
c)
Fleksibel dengan
Lingkungan
Pembelajar
gaya ini dapat belajar dengan baik dalam berbagai kondisi lingkungan.
Variabel-variabelnya meliputi: pencahayaan, musik, temperatur, rancangan
furnitur, pengaturan tempat duduk, tingkat kebisingan, tingkat struktur, dan
orang.
d)
Lingkungan yang
Terstruktur
Pembelajar
gaya ini lebih memilih lingkungan yang lebih terstuktur. Mereka membutuhkan
kepastian dan struktur yang lebih besar. Menekankan pada peraturan, kenyamanan
dan otoritas.
e)
Independen
Pembelajar
gaya ini lebih memilih belajar sendiri.
f)
Dependen
Pembelajar
gaya ini lebih memilih membantu yang lain belajar dan bisa belajar sendiri dengan baik.
g)
Digerakkan oleh
Hubungan
Pembelajar
gaya ini merasa perlu menyukai penyampai pelajarannya. Siapa yang menyampaikan informasi lebih penting daripada apa yang disampaikan.
h)
Digerakkan oleh Muatan
Pembelajar
gaya ini lebih memilih konten yang bernilai. Apa yang disampaikan lebih penting daripada siapa yang menyampaikannya.
Selain
karakteristik gaya pembelajaran tersebut di atas, masih banyak yang lainnya.
Masing-masing memiliki poin-poin yang kuat.
3. Lebih
mengaktifkan otak
Inteligensia sebagian
besar adalah kemampuan menyatukan potongan- potongan informasi yang acak untuk
menginformasikan proses berfikir, menyelesaikan masalah, dan analisis. Ketika
para pembelajar diberikan lebih banyak umpan balik yang konsisten dan yang
berkualitas lebih baik, mereka akan lebih mampu menyatukan potongan- potongan
teka-teki pembelajaran dan mengintegrasikan informasi tersebut ke dalam
hubungan dan pola yang lebih baik.
Tips pengayaan bagi
guru:
a. Berikan
salam pada pembelajar di depan pintu.
b. Seringlah
memberi komentar mengenai pembelajaran sebelumnya.
c. Doronglah
pengajaran oleh dan interaksi dengan teman.
d. Berikanlah
tinjauan ulang harian dan mengguan (dilakukan oleh diri sendiri, guru, atau
teman).
e. Buatlah
agar para pembelajar berbicara dengan sendirinya melalui proses berpikir mereka
(dengan keras).
f. Buatlah
agar tim menyimpan diagram kemajuan kelompok mereka dan pajanglah hasilnya.
g. Doronglah
para siswa untuk membuat jurnal pembelajaran.
h. Berikan
“ujian percobaan” yang tidak akan dimasukkan kedalam skala penilaian.
i.
Buatlah agar para siswa
bekerja berpasangan untuk persiapan ujian pelajaran.
j.
Buatlah agar para siswa
mengoreksi PR mereka, kuis, ujian dsb., milik mereka sendiri.
k. Buatlah
agar para siswa melakukan presentasi kelompok, yang mereka dapat langsung
menerima umpan balik kelompok.
4. Musik
dan Pembelajaran
Music sebenarnya dapat
memperbaiki jalur-jalur neural otak. Peneliti Frances rauscher, Ph. D.,
berpendapat (1997) bahwa pola-pola penyalaan neural pada dasarnya adalah sama
pada apresiasi music dan berfikir abstrak. Para siswa yang mendengarkan musik
klasik selama sepuluh menit (sonata Mozart dengan dua piano pada D Mayor) menunjukkan
skor nilai ujian mereka dalam berfikir spasial dan abstrak. Meskipun pada otak
hanya bersifat sementara (5-15 menit) hasilnya dapat digandakan dengan
menambahkan reaktivasinya kapan saja.
Kebijaksanaan adalah
sesuatu yang penting ketika kita menginterpretasikan dan mengaplikasikan
hasil-hasil penelitian ini. Ada waktu yang tepat bagi musikdalam proses
pembelajaran, sama seperti ada waktu yang tepat untuk tenang.
5. Sekolah
sebagai komunitas pembelajar
Bagi anda menciptakan
sebuah lingkungan yang berbasis kemampuan otak bagi pembelajar Anda, berarti
itu saatnya mencari dukungan dari komunitas yang lebih besar, sekolah. Dukungan
dalam tingkat yang lebih luar akan membentuk fondasi bagi kesuksesan jangka
panjang di tingkat yang lebih kecil; oleh sebab itu, carilah bantuan dari
komunitas pembelajaran yang lebih besar untuk mencapai sasaran-sasaran berikut
ini:
a. Menghargai
Nilai
Pastikan
bahwa semua orang merasa bahwa mereka adalah anggota komunitas yang mempunyai
kontribusi. Jika tidak, maka mereka akan cenderung terpancing untuk mengganggu
system tersebut, dan atau merasa tidak layak atau depresi.
b. Semua
Orang Merasa Dipedulikan
Pastikan
bahwa tak seorang pun yang merasa jatuh ke jurang. Semua orang harus menjadi
bagian dari kelompok pertemanan, bagian dari komite, atau terlibat dalam suatu
cara tertentu bersama dengan kru pendukung.
c. Kebebasan
Berekspresi
Pastikan
bahwa setiap orang memiliki suara kreatif dalam komunitas.
Sama seperti organ tubuh lainnya, otak
membutuhkan istirahat yang cukup untuk bisa beroperasi secara optimal. Itulah
sebabnya pelajar yang menggunakan cara SKS (system kebut semalam) tidak akan
bisa mencapai hasil pembelajarn yng maksimal. Mengapa demikian? Hal ini
disebabkan kondisi otak yang sangat lelah. Untuk berfikir kita harus menggunakan
otak neo cortex. Saat lelah dan tegang, otak yang aktif adalah otak reptile.
Itulah sebabnya informasi yang telah dipaksakan untuk dipelajari pada malam
sebelum ujian tidak dapat atau sulit sekali untuk diingat kembali saat
mengerjakan ujian.
Pada waktu tidur, akan terjadi REM (Rapid Eye Movement). Pada saat inilah
semua informasi yang telah dipelajari selama satu hari akan diatur di dalam
otak dan memori kita. Informasi ini akan diambil dari memori jangka pendek dan
dipindahkan ke memori jangka panjang. Rata-rata bayi atau anak kecil mempunyai
waktu REM 45%-60% dari waktu tidur mereka. Sedangkan orng dewasa hanya sekitar
20% saja.
Otak kita tidak dapat dipaksa untuk
melakukan focus dalam waktu yang lama. Untuk mudahnya kita dapat menggunakan
patokan usia. Usia ini kita anggap menit dengan maksiml 30 menit. Idealnya
waktu 30 menit ini dibagi menjadi 3 bagian. Gunakan waktu 5 menit untuk
melakukan relaksasi dan menetapkan apa tujuan Anda belajar, serta hasil apa
yang ingin dicapai. Setelah itu gunakan 20 menit untuk belajar. Sedangkan 5
menit yang tersisa untuk melakukan refleksi atas apa yang baru saja anda
pelajari. Lantas bagaimana aplikasi dalam proses pembelajaran? Gunakan waktu 30
menit ini untuk menjelaskan dasar teori suatu materi pelajaran. Setelah 30
menit, gunakan waktu yang tersisa untuk melakukan diskusi atau mengerjakan soal
latihan. Jadi, sisa waktu ini untuk menerapkan apa yang dipelajari ke dalam
bentuk aplikasi nyata. Bila kita terpaksa harus belajar dalam waktu yang cukup
lama, maka kita harus beristirahat selama 5 menit untuk setiap 30 menit
belajar. Saat anda istirahat, anda harus benar-benar istirahat. Keluarlah dari
ruang belajar, dengarkan music atau sekadar berjalan-jalan. Anda harus
benar-benar melepaskan diri dari kegiatan belajar agar bisa mendapatkan
penyegaran secara maksimal.
Dalam proses belajar tentu sngat sulit
untuk membuat situasi di mana informasi yang kita pelajari sekan-akan sangat
menetukan keselamatn hidup kita. Maka cara palin efektif adalah dengn
menggunakan informasi tersebut untuk membangkitkan emosi. Diantaranya adalah
dengan permainan, menciptakan kondisi belajar yang kondusif, menetpkan tujuan
belajar, dan hadiah yang didapat bila tujuan itu tercapai, atau dengan alasan
emosial mengapa informasi ini perlu dipelajari.
Itulah sebabnya banyak murid yang
terkesan bosan dan sama sekali tidak berminat dengan apa yang dijarkan guru
mereka di kelas. Mengapa demikian? Ini karena metode penyampaian informasi itu
tidak dpat membangkitkan emosi-emosi yang positif. Dan karena prioritas
mempelajari informasi baru sekedar untuk menambah pengetahuan, maka otak sama
sekali tidak tertarik.
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Kerja Otak (Neuroscience)
Dalam Pembelajaran
1. Kelebihan
Neuroscience:
a. Teori
ini mendukung siswa mencapai apa yang diinginkan sesuai pada kemampuan kerja otaknya
b. Guru
sebagai penggubah keberhasilan siswa
c. Keadaan
lingkungan sekitar kondusif
2. Kelemahan
Neuroscience:
a. Sebagian
besar pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada aspek kognitif atau
intelektualnya saja dan yang berkembang hanya otak belahan kiri
b. Siswa
pemikirannya konvensional (fikiran yang berasaskan pendapat-pendapat lama yang telah
kukuh dan diterima ramai sebelum ini)
c. Guru
kurang membantu siswa (appabila guru
kurang memahami teori belajar yang berbeda pada masing-masing siswa)
menemukan keinginan belajar, dan kurang mendukung siswa mencapai apa yang
mereka inginkan
d. Keadaan
lingkungan kurang kondusif (minimnya
fasilitas dan pengetahuan lingkungan masyarakat/orang tua tentang teori belajar
neuroscience)
DAFTAR PUSTAKA
http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/17/teori-otak-dan-implikasinya-dalam-pembelajaran/ (Diakses pada tanggal 17 Oktober 2010 pukul 13:25)
W. Gunawan, Adi. Born to be a Genius. (2005). Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Jensen, Erick. Brain Based Theory. (2008). Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
0 komentar:
Posting Komentar